SABAR SAAT TERTIMPA BENCANA MELURUSKAN AQIDAH

AL BAQARAH (155-157) SABAR SAAT TERTIMPA BENCANA MELURUSKAN AQIDAH

وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ ٢:١٥٥
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ ٢:١٥٦
أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ ٢:١٥٧

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,”Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. [al Baqarah/2:155-157]

PENJELASAN AYAT
Firman Allah Ta’ala :

وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan”.

Dalam menafsirkan ayat di atas, Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, (pada ayat ini) Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan bahwa Dia menguji dan menempa para hamba-Nya. Terkadang (mengujinya) dengan kebahagiaan, dan suatu waktu dengan kesulitan, seperti rasa takut dan kelaparan. [2]

Senada dengan keterangan sebelumnya, Syaikh Abdur-Rahman as-Sa’di rahimahullah dalam tafsirnya menyatakan: “Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan, bahwa Dia pasti akan menguji para hambaNya dengan bencana-bencana. Agar menjadi jelas siapa (di antara) hamba itu yang sejati dan pendusta, yang sabar dan yang berkeluh-kesah. Ini adalah ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala atas para hamba-Nya. Seandainya kebahagiaan selalu menyertai kaum Mukminin, tidak ada bencana (yang menimpa mereka), niscaya terjadi percampuran, tidak ada pemisah (dengan orang-orang tidak baik). Kejadian ini merupakan kerusakan tersendiri. Sifat hikmah Allah Subhanahu wa Ta’ala (ini) menggariskan adanya pemisah antara orang-orang baik dengan orang-orang yang jelek. Inilah fungsi musibah”.[2]

Makna dari “dengan sedikit ketakutan dan kelaparan,” yaitu takut kepada para musuh dan kelaparan yang ringan. Sebab bila diuji dengan rasa takut yang memuncak atau kelaparan yang sangat, niscaya mereka akan binasa. Karena, hakikat ujian adalah untuk menyeleksi, bukan membinasakan. Sedangkan musibah berupa “kekurangan harta,” mencakup berkurangnya harta akibat bencana, hanyut, hilang, atau dirampas oleh sekelompok orang zhalim, ataupun dirampok.

Adapun bencana yang menimpa “jiwa,” yaitu berupa kematian orang-orang yang dicintai. Misalnya, seperti anak-anak, kaum kerabat dan teman-teman. Atau terjangkitinya tubuh seseorang, atau orang yang ia cintai oleh terjangkiti berbagai penyakit.

Berkaitan dengan kekurangan pada “buah-buahan,” lantaran bergulirnya musim dingin, salju, terjadinya kebakaran, gangguan dari belalang dan hewan lainnya, sehingga kebun-kebun dan ladang pertanian tidak menghasilkan sebagaimana biasanya.[3]

Semua ini dan bencana lain yang serupa, merupakan ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi para hamba-Nya. Barangsiapa bersabar, niscaya akan memperoleh pahala. Dan orang yang putus asa, akan ditimpa hukuman-Nya. Karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengakhiri ayat ini dengan berfirman:

وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

“(Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar)”.[4]

Maksudnya, berilah kabar gembira atas kesabaran mereka. Pahala kesabaran tiada terukur. Akan tetapi, pahala ini tidak dapat dicapai, kecuali dengan kesabaran pada saat pertama kali mengalami kegoncangan (karena tertimpa musibah).[5]

Selanjutnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan kriteria orang-orang yang bersabar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

“(Yaitu), orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un”.

Kata-kata إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” inilah, dikenal dengan istilah istirja’, yang keluar dari lisan-lisan mereka saat didera musibah.

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata,”Mereka menghibur diri dengan mengucapkan perkataan ini saat dilanda (bencana) dan meyakini, bahwa mereka milik Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia (Allah Subhanahu wa Ta’ala) berhak melakukan apa saja terhadap ciptaan-Nya. Mereka juga mengetahui, tidak ada sesuatu (amalan baik) yang hilang di hadapan-Nya pada hari Kiamat. Musibah-musibah itu mendorong mereka mengakui keberadaanya sebagai ciptaan milik Allah, akan kembali kepada-Nya di akhirat kelak.”[6]

Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kata-kata itu sebagai sarana untuk mencari perlindungan bagi orang-orang yang dilanda musibah dan penjagaan bagi orang-orang yang sedang diuji. Karena kata-kata itu mengandung makna yang penuh berkah.

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (إِنَّا لِلَّهِ) ini mengandung nilai tauhid dan pengakuan penghambahaan diri, dan di bawah kepemilikan Allah.

Sedangkan firmanNya (وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ) mengandung makna pengakuan terhadap kehancuran yang akan menimpa manusia, dibangkitkan dari kubur, serta keyakinan bahwa segala urusan kembali kepada Allah.[7]

أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ

“(Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya)”.

Betapa besar balasan kebaikan yang diperoleh orang-orang yang mampu bersabar, menahan diri dalam menghadapi musibah dari Allah, Dzat yang mengatur alam semesta ini.

Kata Imam al Qurthubi rahimahullah : “Ini merupakan rangkaian kenikmatan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi orang-orang yang bersabar dan mengucapkan kalimat istirja’. Yang dimaksud “shalawat” dari Allah bagi hamba-Nya, yaitu ampunan, rahmat dan keberkahan, serta kemuliaan yang diberikan kepadanya di dunia dan di akhirat. Sedangkan kata “rahmat” diulang lagi, untuk menunjukkan penekanan dan penegasan makna yang sudah disampaikan”. [8]

Imam ath-Thabari mengartikannya dengan makna maghfirah (ampunan)[9]. Sedangkan menurut Ibnu Katsir rahimahullah maknanya ialah, mereka mendapatkan pujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.[10]

وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

“(dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk)”.

Disamping karunia yang telah disebutkan, mereka juga termasuk golongan orang-orang muhtadin (yang menerima hidayah), berada di atas kebenaran. Mengatakan ucapan yang diridhai Allah, mengerjalan amalan yang akan membuat mereka menggapai pahala besar dari Allah Subhanahu wa Ta’ala [11]. Dalam konteks ini, yaitu keberhasilan mereka bersabar karena Allah.[12]

Ayat ini menunjukkan pula balasan bagi orang yang tidak mampu bersabar. Yaitu akan mendapat balasan dalam bentuk celaan, hukuman dari Allah, kesesatan dan kerugian.[13]

KESABARAN MENGHADAPI MUSIBAH MELURUSKAN AQIDAH
Kata sabar berasal dari shabara. Yakni menahan dan menghalangi. Mengandung makna mengekang jiwa dari menolak ketetapan takdir, menahan lisan dari keluh-kesah dan murka, serta mengendalikan anggota tubuh dari tindakan memukuli pipi, merobek-robek baju, dan reaksi-reaksi lainnya yang bersifat jasmine, dengan maksud menggugat takdir.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ٦٤:١١

“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali denga izin Allah; Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.” [at Taghabun/64:11]

Alqamah rahimahullah, seorang dari kalangan Tabi’in berkata: “Ia adalah seseorang yang dilanda musibah. Kemudian ia meyakini bahwa musibah itu berasal dari Allah, sehingga tetap ridha dan berserah diri”.

Said bin Jubair berkata,”Maksud firman Allah di atas, yakni ia mengucapkan istirja’ dengan mengatakan ‘inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’ (saat dilanda bencana).”

Ayat di atas, sebagaimana disampaikan Syaikh Shalih al Fauzan, adalah merupakan dalil, bahwa amalan termasuk dalam lingkup keimanan. Ayat ini juga menunjukkan, bahwa kesabaran merupakan pintu hidayah bagi hati. Dan seorang mukmin membutuhkan kesabaran dalam segala keadaan.
Yang lebih penting lagi, saat dilanda berbagai macam musibah, maka kesabaran benar-benar dituntut untuk selalu dikuatkan keberadaannya. Tidak bisa tidak, karena musibah-musibah yang terjadi tidak lepas dari ketentuan Allah Ta’ala. Sehingga ketidaksabaran, justru akan menggoreskan cacat pada keimanan seseorang terhadap rububiyah Allah Subhanahu wa Ta’ala.[14]

Bahkan hakikatnya musibah itu mendatangkan berbagai kemanfaatan. Diungkapkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah : “Bencana-bencana merupakan kenikmatan. Sebab menggugurkan dosa-dosa dan menuntut adanya kesabaran, sehingga memperoleh pahala. Juga mengharuskan inabah (kembali) kepada Allah, menghinakan diri kepada-Nya, berpaling dari sesama manusia dan kemaslahatan penting lainnya. Terhapusnya dosa dan kesalahan dengan adanya musibah-musibah, (juga) termasuk kenikmatan yang besar…”. Dikutip dari al Irsyad, hlm. 103.

SUKA MENGELUH, GELAR ORANG-ORANG YANG JAHIL [15]
Orang yang jahil (bodoh) mengadukan Allah kepada sesamanya. Ini merupakan tindakan bodoh yang sangat parah terhadap Dzat yang Maha Agung. Seandainya ia mengenal Allah dengan sebaik-baiknya, tentu ia tidak akan mengeluhkan perbuatan-perbuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Juga tidak akan mengeluhkan Allah kepada sesama.manusia.

Adapun orang yang berilmu, ia akan mengadu hanya kepada Allah saja. Yaitu dengan menyalahkan diri sendiri, bukan orang lain.

PERLUNYA JIWA DIDIDIK DENGAN BENCANA [16]
Bencana atau musibah yang sedang melanda, hakikatnya memiliki peran besar dalam mendidik jiwa. Karena sudah semestinya jiwa itu juga harus dididik, meskipun dengan bencana. Sehingga ia akan memiliki kekuatan yang tegar, keteguhan sikap, terlatih, selalu respek dan waspada terhadap lingkungan sekitar.

Kesulitan-kesulitan yang dialami jiwa, sesungguhnya akan menghasilkan potensi luar biasa. Potensi itu dalam bentuk kekuatan besar yang tersembunyi. Kesulitan-kesulitan itu mampu membuka celah-celah hati, yang bahkan tidak diketahui oleh seorang mukmin sekalipun, kecuali melalui bencana atau musibah yang menderanya.

Saat itulah, seorang manusia harus segera menyadari, bahwa yang paling penting ialah iltija`. Yaitu mencari perlindungan diri kepada Allah semata, ketika seluruh tempat bergantung mengalami kegoncangan. Tidak ada tempat berlindung kecuali naungan-Nya. Tidak ada pertolongan, kecuali dari-Nya. Di saat-saat genting itulah, tabir kepalsuan kekuatan makhluk tersingkap. Tidak ada kekuatan kecuali dengan kekuatan Allah. Tidak ada daya kecuali daya-Nya. Dan tidak ada tempat perlindungan kecuali kepada-Nya.
Razaqanallah husnal khatimah. Wallahu a’lam.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun X/1428H/2007M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
_______
Footnote
[1]. Tafsirul-Qur`anil-‘Azhim, Cet. II, Th. 1422H-2001M, Darul-Kutub ‘Ilmiyah (1/191).
[2]. Taisirul-Karimir-Rahman, Cet I, Th. 1423 H-2002M, Muassasah Risalah, hlm. 76.
[3]. Lihat Taisirul-Karimir-Rahman hlm. 76; Tafsirul Qur`anil ‘Azhim (1/196).
[4]. Tafsirul-Qur`anil-‘Azhim (1/196).
[5]. Al Jami li-Ahkamil-Qur`an, Tahqiq Abdur-Razzaq Mahdi, Cet. II, Th. 1420H-1999M, Maktabah Rusyd (2/170).
[6]. Tafsirul-Qur`anil-‘Azhim (1/196).
[7]. Al Jami li Ahkamil-Qur`an (2/172).
[8]. Ibid.
[9]. Jami’ul-Bayan, Cet. I, Th. 1421 H-2001 M, Darul-Ihyait-Turats (2/52).
[10]. Tafsirul-Qur`anil-‘Azhim (1/196).
[11]. Jami’ul-Bayan (2/53).
[12]. Taisirul-Karimir-Rahman, hlm. 76
[13]. Ibid.
[14]. Al Irsyad, Cet. I, Th. 1414 H, Maktabah al Ilmu, hlm. 101-102.
[15]. Al Fawaid, hlm. 95.
[16]. Ats-Tsabat ‘alal-Islam, hlm. 56-57 secara ringkas.

http://almanhaj.or.id/content/2881/slash/0

Mimpi Jumpa Nabi SAW

Mimpi Rasulullah

Mimpi adalah sesuatu yang sering dialami oleh setiap manusia terutamanya di waktu sedang tidur. Adakala mimpi itu buruk dan ada pula yang baik. Apabila bermimpi sesuatu yang baik seperti sedang membaca Al-Quran,solat, disanjung orang dan seumpamanya, ucapkanlah syukur dan memuji Tuhan. Sebaliknya jika ia mengerikan dan menakutkan sehingga membuat kita keluh kesah, segeralah mengucap istighfar dan keampunan kepada Allah SWT.

Kadang-kadang mimpi itu akan menjadi kenyataan dan kadang-kadang ianya mainan tidur. Ulama-ulama dan wali Allah sering dapat melihat alam ghaib seperti suasana di dalam kubur (seksa dan nikmat) melalui mimpi. Petikan dari sebuah hadis yang telah disebut oleh Imam As Sayuthi, Al Tabrani,Al Hakim At Termizi dan Al Isfahani dalam kitab mereka yang bermaksud:

1) Sesungguhnya aku telah mengalami mimpi yang ajaib malam kelmarin. Aku telah melihat seorang dari umatku telah didatangi oleh Malaikat Maut untuk mengambil nyawa, maka malaikat itu telah terhalang oleh ketaatannya kepada kedua ibu bapanya.

2) Aku melihat juga seorang dari umatku telah disediakan untuk menerima seksa kubur, maka dia telah diselamatkan oleh kesan wuduknya.

3) Aku melihat juga seorang dari umatku sedang dikerumuni oleh syaitan-syaitan, maka ia telah dibebaskan dari bahayanya oleh berkat zikrullah.

4) Aku melihat juga seorang dari umatku diseret oleh Malaikat Azab maka segera muncul solatnya serta melepaskannya dari azab tersebut.

5) Aku melihat juga seorang dari umatku sedang ditimpa dahaga yang teramat sangat, setiap ia mendatangi sesuatu perigi, dihalang untuk meminumnya, maka segera datang puasanya serta memberinya minum hingga ia merasa puas.

6) Aku melihat juga seorang dari umatku yang mengunjungi kumpulan para nabi, yang ketika itu sedang duduk berkumpul-kumpul, setiap kali dia mendekati mereka, dia diusir dari situ, maka menjelmalah mandi junubnya sambil memimpinnya ke kumpulan itu seraya menunjukkan supaya duduk di sisiku.

7) Aku melihat juga seorang dari umatku dikabusi oleh suasana gelap, di hadapannya gelap, di kanannya gelap, di kirinya gelap, di atasnya gelap, di bawahnya juga gelap, sedang ia dalam keadaan bingung. Maka datanglah pahala haji dan umrahnya, lalu mengeluarkan dari suasana gelap-gelita itu lalu memasukkannya ke dalam suasana terang-benderang.

8) Aku melihat juga seorang dari umatku berbicara kepada Mukminin, akan tetapi tidak seorang pun dari mereka yang mahu berbicara dengannya, maka menjelmalah silaturrahimnya seraya menyeru orang-orang itu, katanya:Wahai kaum Mukminin sambutlah bicaranya, lalu mereka pun berbicaralah dengannya.

9) Aku melihat seorang dari umatku sedang menepis-nepis bahang api dan percikannya dari mukanya, maka segera datanglah pahala sedekahnya lalu melindungi muka dan kepalanya dari bahaya api itu.

10) Aku melihat juga seorang dari umatku sedang diseret oleh Malaikat Zabaniah ke merata tempat, maka menjelmalah Amar Makruf dan Nahimunkar seraya menyelamatnya dari cengkaman neraka serta menyerahkannya pula kepada Malaikat Rahmat.

11) Aku melihat juga seorang dari umatku sedang merangkak-rangkak, antaranya dengan Tuhan dipasang tabir, maka menjelmalah budi pekerti seraya memimpinnya sehingga dibuka pemisah tadi dan masuklah ia ke hadrat Allah Taala.

12) Aku melihat juga seorang dari umatku terheret ke sebelah kiri oleh buku catatannya, maka menjelmalah perasaan kepada Allah menukarkan tujuan buku catatan itu ke arah kanan.

13) Aku melihat juga seorang dari umatku terangkat timbangannya, maka menjelmalah anak-anaknya yang mati kecil lalu menekan timbangan itu sehingga menjadi berat.

14) Aku melihat juga seorang dari umatku sedang berdiri di pinggir Jahanam, maka menjelmalah perasaan gerunnya terhadap seksa Allah Taala lalu membawa jauh dari tempat itu.

15) Aku melihat juga seorang dari umatku terjerumus ke dalam api neraka, maka datanglah air matanya yang mengalir kerana takut kepada Allah Taala lalu menyelamatkanya dari api neraka itu.

16) Aku melihat juga seorang dari umatku sedang meniti sirat manakala seluruh tubuhnya bergoncang seperti bergoncangnya dedaun yang ditiup angin, maka menjelmalah baik sangkanya terhadap Allah Taala lalu mententeramkan kegoncangan itu lalu dengan mudah meniti hingga ke hujung titian itu.

17) Aku melihat juga seorang dari umatku sedang meniti atas titian sirat, kadangkala ia merangkak dan kadangkala ia meniarap, maka menjelmalah solat menyeru kepadaku lalu aku memimpin tangannya dan mengajaknya berdiri dan meniti hingga ke penghujung titian itu.

18) Aku melihat juga seorang dari umatku sedang hampir tiba di pintu syurga, tiba-tiba pintu-pintunya ditutup, maka menjelmalah penyaksiannya bahawa tiada Tuhan melainkan Allah lalu membukakan pintu-pintu syurga itu untuknya sehingga ia boleh memasukinya.

19) Aku melihat ada ramai orang yang digunting-gunting lidahnya, maka aku bertanya kepada Jibril siapakah mereka itu, maka Jibril menjawab: Mereka itulah orang-orang yang suka 'membawa mulut' ke sana ke mari.

20) Aku melihat juga orang-orang yang digantung dengan lidah-lidah mereka, maka aku bertanya Jibril siapakah mereka itu, maka Jibril menjawab: Mereka itulah orang-orang yang melempar tuduhan terhadap kaum Mukminin dan Mukminat dengan tuduhan tanpa bukti dan palsu.


Mimpi Pelajar UIA Bertemu Rasulullah s.a.w.


Luangkan masa kalian untuk membaca.. ambil peringatan dari Baginda Nabi sempena keputeraannya tahun ini.. tunjukkan kecintaan pada Rasulullah s.a.w…

Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Mengasihani…

Ya Allah..lancar jari ini menaipkan sebuah pengalaman yg amat berharga dr seorang insan yg dipilih Allah utk berjumpa Nabi Muhammad s.a.w. melalui mimpi hari Khamis, 16 Rejab 1427H bersamaan 10 0gos 2006.

Nama yg dipilih oleh ayah beliau adalah Syamimi yg bermaksud ‘kesayanganku’, jua gelaran Nabi pada puteri kesayangan Baginda, Fatimah. Ketika khilaf memilih nama itu, ayah beliau mengharapkan mudah2an suatu hari nanti anaknya akan menjadi salah seorang mutiara kesayangan Rasulullah s.a.w. Alhamdulillah, doanya makbul selepas 23 tahun kelahiran anak sulungnya daripada 8 adik-beradik.

Al-Quran 30 juzuk terpelihara kemas dalam hatinya. Beliau menghabiskan masa 3 tahun utk menghafal 30 juzuk Kalamullah ketika berada di negeri kelahirannya. Beliau hafal sendiri utk memenuhi harapan ibu ayah yang mengharapkan ada dalam kalangan anak mereka menjadi seorang hafiz atau hafizah. Sebagai anak sulung, beliau mengambil tanggungjawab ini utk menjadi contoh kpd adik2 yg lain. Setiap hari beliau hafal 2 mukasurat Al-Quran dan tasmi’ dgn ustaz di sebelah rumahnya. Sekarang beliau pelajar tahun 4 jurusan Undang-Undang Syariah di universiti ini.

Akak ni memang diuji dengan sakit yg tak tahu apa punca sejak lebih setahun yg lalu. Sakitnya rasa seperti ditikam-tikam dengan pisau di bahagian belakang tubuhnya, tambahan pula kaki yang sakit di bahagian lutut sejak 8 tahun lalu tidak pernah sembuh. Pernah satu ketika, selepas makan, beliau muntah bersama segumpal rambut dari kerongkongnya. Penderitaannya hanya Allah dan dia sendiri yang tahu. Sudah lama beliau tidak terdaya ke kelas kerana sakit itu membuatkan dia tidak dapat berdiri atau berjalan. Hilang selera makannya hingga badannya susut hampir 13 kg. Beliau hanya menggagahkan diri untuk pergi berwudhu’ 2 hingga 3 kali sehari. Wudhu’ itu dijaga sebaik mungkin untuk ibadah sepanjang hari.

Hari2 yang dilaluinya dipenuhi dgn membaca Al-Quran dan qiamullail sebagai pendinding daripada gangguan yg terus2an menyakiti diri. Diceritakan makhluk2 halus itu akan mengganggunya terutama pada waktu sebelum Subuh, Zuhur dan Maghrib. Beliau telah banyak berubat di merata tempat, berjumpa doktor2 pakar, malah ulama’ yg faqih dalam ilmu perubatan islam serta akhir sekali bertemu sorang lecturer di sini. Tapi beliau hanya mampu bertahan. Pesan ustaznya, setiap kali beliau sakit, banyakkan baca Surah Al-Baqarah.

Pagi Khamis itu, beliau berniat utk hadir kuliyah sebab sudah terlalu lama tidak mampu ke kelas. Beliau bangun kira2 jam 4.30 pagi utk solat. Berbekalkan sedikit kekuatan yg digagahkan, beliau ke bilik air utk berwudhu’ dgn memapah dinding dan segala apa yg mampu membantu beliau untuk berdiri. Habis berwudhu’, beliau jatuh tersungkur, rasa seperti ada yg menolak keras dari belakang. Tika itu beliau sudah tidak mampu berdiri, justeru beliau merangkak ke bilik. Sampai saja di bilik, beliau ketuk pintu dan rebah di depan bilik tersebut. Disebabkan sakit yg mungkin dah tak tertanggung, dengan spontan beliau niatkan, “Ya Allah, kiranya mati itu baik untukku, aku redha, tapi kiranya Engkau ingin aku terus hidup, aku ingin dengar kata-kata semangat drpd Rasulullah s.a.w. sendiri..”

Kemudian beliau pengsan. Sahabat2 sebilik mengangkat beliau ke dalam biliknya dan di baringkan di sana . Waktu itu, sahabat2nya telah pun ‘forward message’ pd rakan2 yg lain agar dibacakan surah Yasin kerana beliau nampak sudah nazak. Malah mereka telah sedia dgn nombor2 ahli keluarganya utk dihubungi kiranya ada apa2 berlaku dengan izin Allah. Kira2 jam 11 pagi itulah, ketika tertidur dgn tenang dalam waktu qoilullah, beliau bermimpi. Beliau sedang terbaring dalam keadaan memakai telekung dgn tangannya diqiam seperti dalam solat di suatu tempat asing yang sangat cantik. Beliau terbaring di sebelah mimbar dan kelihatan banyak tiang di sekitarnya.

Tiba-tiba datang seorang Hamba Allah dgn wajah yang bercahaya dari arah depan dan berdiri hampir sekali, kira2 2 meter dari beliau. Wajahnya SubhanaLlah..indah sekali, tak dapat nak digambarkan. Beliau tertanya2, siapakah orang ini? cantik sekali kejadiannya dan hati beliau rasa sangat tenang dgn hanya melihat wajahnya. Dirasakan seluruh kesengsaraan yg ditanggung selama ini lenyap begitu sahaja. Kemudian, Hamba Allah itu mengatakan, “Assalamu’alaikum, ana Rasulullah..” Subhanallah..baginda Nabi rupanya! Nabi memakai jubah putih dan kain serban berwarna hijau di atas bahu baginda. Beliau nampak dgn jelas mata Baginda Nabi, janggut Baginda, rambut Baginda, kain serban di atas bahu Baginda dan tubuh Baginda. Kemudian Nabi katakan “Enti fil masjidi” (kamu sekarang berada di masjidku, Masjid Nabawi).. Allahuakbar!

Kemudian Baginda Nabi s.a.w. berkata: QalAllahuta’ ala; “InnaAllahama’ assobirin” (sesungguhnya Allah bersama orang2 yg sabar). Ketika mendengar suara Nabi mengalunkan Kalamullah, terasa bergema suara merdu Nabi di seluruh alam. Sememangnya Baginda sebaik-baik kejadian dan diciptakan dgn penuh kesempurnaan. Nabi katakan (dalam lughahl arab, tp diterjemahkan di sini) ; “Ya Syamimi, dengan berkat kesabaran enti, dgn sakit yg enti tanggung selama ini, dan dgn berkat Al-Quran yg enti pelihara di dlm hati, maka Allah bukakan hijab utk enti nampak ana..” Ketika Nabi menyebut Ya Syamimi, terlintas di hatinya “Ya Allah..Baginda kenal ummatnya!”. Ya Rasulullah… Ketika itu, beliau dapat merasakan baiknya Allah, memberikan nikmat yg begitu besar buat dirinya.

Kemudian Nabi katakan lagi; “Sampaikan salamku buat sahabat2 seperjuangan Islam. InsyaAllah, kita semua akan berjumpa nanti..” Nabi s.a.w. kemudian melafazkan; “Ummati.. ummati..ummati…” dan beliau nampak jelas Nabi menangis saat itu. Beberapa titisan airmata Baginda yg suci mengalir utk ummat Baginda! Kemudian Baginda Nabi melangkah pergi. Beliau merintih, “Jangan pergi Ya Rasulullah..” tetapi Baginda tetap pergi. Subhanallah, walaupun kita tak pernah bersua dgn Nabi yg mulia, Baginda kenal dan sentiasa ingat akan ummatnya. Beliau sendiri tidak pasti, apakah Baginda menangis kerana rindu kepada ummatnya, atau mungkin saja baginda sedih dgn ummat akhir zaman ini? wallahua’lam…

Sedar daripada tidur yg amat indah pengisiannya itu, beliau masih dikelilingi oleh rakan2 yg turut terdengar rintihan beliau dalam tidurnya “Jangan pergi Ya Rasululah…” Beliau kemudian menceritakan kpd para sahabat tentang mimpinya sekaligus menyampaikan salam Rasulullah buat ummat Baginda. Semua yg mendengar menangis lantaran rindu pada Nabi. Rasa malu pada Nabi krn kita jarang2 ingat pada Baginda sedangkan kita amat terhutang budi padanya. Lebih2 lagi kita sedar bahawa hanya syafaat Bagindalah yg dikejar di akhirat kelak.

Ya Allah..ketika itu, tiada kata yg lebih tinggi drpd kalimah Alhamdulillah utk di rafa’kan pada Allah atas ni’mat yg begitu besar yg Allah berikan pada dirinya. Rasa tak layak dirinya menerima anugerah dgn ujian yg hanya sedikit berbanding insan2 yg lebih berat diuji oleh Allah. Kiranya ada kalimah pujian yg lebih tinggi dr Hamdalah, pasti akan beliau sebutkan buat Allah Yang Maha Kaya. Semuanya terangkum dalam Rahmat-Nya yg melimpah ruah. Rasa sakit masih menular di tubuhnya. Cuma kali ini dia bertekad tidak akan menangis lagi utk kesakitan ini.

Usai solat Zuhur, rasa sakit yg ditanggung makin hebat. Tak pernah beliau merasakan sakit yg sebegitu rupa. Terasa panas seluruh badan dan seluruh tubuhnya rasa ditikam pada setiap penjuru. Kalau dulu, beliau akan menangis dalam menghadapi kesakitan, namun pada waktu itu beliau pujuk diri utk tidak menangis. “Apa sangatlah sakit yg aku tanggung ini berbanding nikmat yg Allah telah bagi utk melihat Baginda Nabi s.a.w..”

Kemudian beliau tidur. Beliau terus rasakan berada di tempat tinggi, tempat yg biasa hadir sepanjang beliau menerima gangguan. Beliau katakan “Ya Allah, apa lagi yg hendak Engkau berikan buat hambamu yg hina ni, rasa malu sangat dengan-Mu Ya Allah…” Kemudian dgn izin Allah, datang empat orang yg berpakaian serba hijau. Salah seorang daripadanya mengatakan; “Assalamu’alaikum Ya Syamimi..Rasulullah s.a.w. sampaikan salam buatmu. Kami utusan Rasululah..Nahnu khulafa’ ar-rasyidin. Ana Abu Bakr, ini Ummar Al-Khattab, Uthman bin ‘affan dan Ali..” Subhanallah..Saidina Abu Bakr memperkenal dirinya dan ketiga2 sahabat yg mulia. Beliau nampak sendiri, Saidina Abu Bakr yg amat lembut perwatakannya, Saidina Ummar dgn wajah tegasnya, Saidina Uthman yg cantik sekali dan Saidina ‘Ali yg agak kecil orangnya.

Para Sahabat mengatakan; “Kami diutuskan oleh baginda Nabi utk membantu enti..” Kemudian keempat2 mereka membacakan ayat 102 surah Al-Baqarah yg bermaksud:

“Dan mereka mengikuti apa yg dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman. Sulaiman itu tidak kafir tetapi syaitan-syaitan itulah yg kafir, mereka mengajarkan sihir pada manusia dan apa yg diturunkan pada 2 malaikat di negeri Babylon iaitu Harut dan Marut. Padahal keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan ’sesungguhnya kami hanyalah cubaan (bagimu) sebab itu janganlah kafir.’ Maka mereka mempelajari dari keduanya (malaikat itu) apa yang (dapat) memisahkan antara seorang (suami) denagn isterinya. Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dgn sihirnya kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan, dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Dan sungguh, mereka sudah tahu, barang siapa membeli (menggunakan sihir) itu, nescaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Dan sungguh, sangatlah buruk perbuatan mereka yang menjual dirinya dgn sihir, sekiranya mereka tahu..”

Selesai membaca ayat itu, para sahabat Nabi menghembus pada makhluk2 yang sedang mengganggu beliau dan mereka semua hancur terbakar. Subhanallah..waktu itu terus terasa seolah2 tubuhnya yg sakit dahulu ditukarkan Allah s.w.t. dgn tubuh yg baru. Hilang segala kesakitan yg setahun lebih ditanggung beliau dgn sabar. Saidina Abu Bakr mengatakan; “Inilah ganjaran besar dari Allah buat orang-orang yang sabar..” Kemudian, para sahabat Nabi yg mulia pun pergi meninggalkannya.

Selesai mimpi indah yg kedua ini, beliau bangun dr tidur dan terus duduk. Rakan2 sebilik pelik, kenapa beliau dapat bangun dan duduk dgn mudah . Kemudian sahabat2nya itu menyuruh beliau bangun berdiri dan alhamduliLlah..dgn mudah beliau bangun berdiri dan berjalan d sekitar bilik. “Ya Allah, penyakit ana dah sembuh..” Semua sahabat yang ada di situ bergembira dan menangis. Kemudian beliau segera ke bilik air untuk berwudhu’. Dengan tubuh yang ‘baru’, beliau sujud syukur pada Allah s.w.t. “Ya Allah, kiranya di beri tempoh sujud 100 tahun pun belum dapat diriku menjadi hamba-Mu yg bersyukur atas nikmat yg telah Engkau berikan..”

Beliau berpesan pada kami; “Adik-adik, wajarlah para sahabat Nabi yang mulia sanggup mati demi mempertahankan Baginda. Akak yang diberi rezeki melihat Nabi tak sampai pun 5 minit dah rasa tak sanggup berpisah dengannya. Kalau boleh, nak duduk je di bilik untuk beribadah pada Allah dan mengenang wajah Nabi yg mulia. Tapi menyedari banyak lagi taklifan dan tanggungjawab kita atas muka bumi Allah ini, maka hidup mesti diteruskan. Sekarang ini hati akak tenang sangat..kalau boleh, nak je akak pinjamkan hati ni walau hanya sesaat agar adik2 dapat merasakan betapa beningnya hati ini. Tapi itu tak mungkin kan , mungkin ini bahagian akak, bahagian kalian? Hanya Pemiliknya Yang Maha Tahu. Akhir sekali akak ingin katakan, tak rugi kita bersabar…”

p/s: sunGguh…berderaian air mataku mengalir..daku rindu akan dirimu..Ya Rasulullah!(kisah ini dinukilkan oleh sahabat Syamimi hasil pengalaman benar yang telah dilalui..pernah disebarkan melalui e-mel & blog sebelum ini..aku hanya memaparkannya kembali buat renungan bersama, sempena keputeraan baginda Rasul tahun ini..m0ga ada hikmah pGajaran yG dapat diambil)

Petikan halaqah.net dan http://cikguarif.blogspot.com/

—–

Maklumat tambahan dari ahli Halaqah.net

Pada asasnya, memang benar, terdapat hadith sohih yang menyebutkan :-

Ertinya : Barangsiapa yang telah melihatku di dalam tidurnya ( mimpi) , maka ia sesungguhnya telah melihatku, kerana Syaitan tidak (mampu) menyerupai gambaranku” ( Riwayat Al-Bukhari, 1/52 ; Muslim, no 2266, 4/1775 )

Dalam hadith yang lain pula disebutkan :-

Ertinya : “Barangsiapa yang telah melihatku di dalam tidurnya ( mimpi), maka ia sesungguhnya telah melihatku, kerana Syaitan tidak (mampu) menyerupaiku, dan mimpi seorang mukmin adalah satu juzuk dari 46 juzuk dari kenabian” ( Riwayat Al-Bukhari, 6/2568 )

Dalam mentafsirkan hadith ini, para ulama telah terbahagi kepada tiga kelompok. Apabila saya utarakan tiga pendapat ini, inshaAllah jawapan kepada soalan anda akan terjawab.

Kumpulan pertama : Antara yang tergolong dalam kumpulan ini adalah pakar tafsir mimpi Muhammad Ibn Sirin, Al-Qadhi Iyadh dan lain-lain,

Mereka berpendapat bahawa hadith di atas terikat dengan samanya wajah dan bentuk Rasulullah yang dilihat dalam mimpi dengan apa yang diriwayatkan atau yang dilihat semasa hayat (bagi sahabat nabi). Jika ia sama sifatnya, dan perwatakkannya, di ketika itu ia adalah wajah benar-benar Nabi SAW, jika bercanggah, maka ia bukanlah Nabi SAW.

Ini bermakna, hadith di atas tidak mutlaq’ kepada semua bentuk wajah yang dilihatnya. Ia hanya benar-benar wajah Nabi jika sifatnya sama dengan apa yang diriwayatkan.

Bagi para sahabat Nabi, apa yang dilihat mestilah sama dengan wajah Nabi yang diketahui mereka.

Dalil yang diutarakan oleh kumpulan ini adalah hadith lain yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dan disebut oleh Ibn Hajar Al-Asqolani iaitu seorang lelaki telah bermimpi bertemu Rasulullah SAW, lalu ia menceritakannya kepada Ibn Abbas r.a, Maka Ibn Abbas bertanya : “Sifatkan apa yang kamu lihat” Maka, ia berkata : “Aku menyebut hasan Bin Ali, lalu aku menyerupakan dengannya” . Ibn Hajar berkata sanad hadith ini adalah baik. (Fath al-Bari)

Jika di ambil pendapat kumpulan ini, mimpi yang sebagaimana anda tanya tadi adalah mimpi yang tidak benar kerana tubuh baginda SAW tidak gemuk dan tidak mungkin ia melakukan perkara aib dan tidak bersopan. Ia juga bukan Nabi SAW kerana mustahil Nabi akan menyuruh sesuatu yang bercanggah dengan tuntutan Al-Quran.

Kumpulan Kedua : Antara ulama kumpulan ini adalah Imam An-Nawawi, Al-Mazari dan lain-lain.

Kumpulan ulama ini berpendapat hadith di atas umum bagi semua orang samada yang pernah melihat Nabi semasa hidup (seperti sahabat) atau yang tidak pernah (seperti kita semua). Semua jenis mimpi Rasulullah SAW adalah benar sebagaimana maksud hadith tadi.

Hasil dari pendapat ini, apa saja yang dilhat dalam mimpi dan mendapat ilham atau apa jua perasaan bahawa ia adalah Nabi SAW, maka benarlah mimpi itu dan itulah Nabi SAW.

Imam Ibn Hajar ketika mengulas pendapat Imam Nawawi ini berkata perlu diingat bahawa Muhammad Ibn Sirin adalah Imam dalam bab ta’bir mimpi manakala pandangan Al-Qadhi Iyadh pula adalah sederhana dan baik.

Berdasarkan kepada pendapat ulama kumpulan ini, mungkin benarlah anda telah melihat Nabi SAW di dalam mimpi itu.

Kumpulan ketiga : Antara ulama dari kumpulan ini adalah Ibn Juzay dan Syeikh Mustafa Az-Zarqa, ( Al-Aql wal Fiqh Fi Fahmi Al-Hadith An-Nabawi, hlm 25 )

Syeikh Mustafa Az-Zarqa berkata setelah beliau membuat analisa seluruh pandangan ulama, ia mengatakan memang secara zahirnya kelihatan hadith di atas seolah-olah menjamin semua wajah Nabi (sebagaimana ilham seseorang) yang dilihat dalam mimpi itu adalah wajah Nabi yang sebenarnya tetapi setelah melakukan analisa tafsiran para ulama, jelaslah hadith tadi tidak memberi jaminan untuk semua.

Malah jaminan benarnya Nabi yang dilihat dalam mimpi itu adalah khas bagi para sahabat baginda SAW yang mengetahui dengan jelas rupa para Nabi.

Adapun, bagi individu yang tidak pernah melihat Nabi semasa hayat, mereka tidak termasuk dalam jaminan hadith syaitan tidak boleh meyerupaiku

Ini kerana kita tidak tahu wajah sebenarnya baginda SAW, maka mungkin sahaja Syaitan membentuk satu wajah yang tidak kita ketahui lalu mendatangkan perasaan atau (ilham kononnya) bahawa ia adalah Nabi.

Syaitan memang tidak boleh menyerupai nabi SAW tapi dalam hal ini, ia hanya menyerupai sebuah wajah lain lalu mendakwa ia nabi, dan kita tidak mengetahuinya.

Lebih merbahaya apabila gambaran itu memberi mesej dalam bentuk cakap atau tindakan yang tidak sesuai dengan watak sebenar baginda SAW.

Syeikh Mustafa Az-Zarqa juga menegaskan, jika seseorang merasakan ia mimpi Nabi di zaman ini, maka ia tiada jaminan apa yang dilihatnya adalah Nabi SAW, ia terbuka untuk benar atau salah. Oleh kerana itu, mimpi orang di zaman ini adalah sebuah mimpi biasa yang terbuka kepada permainan jahat Syaitan, monolog dalamannya ataupun mimpi benar orang soleh yang dapat melihat wajah Nabi sebenar, tapi tidak termasuk dalam jaminan hadith tadi. ( Al-Aql wa al-Fiqh, hlm 27)

Ini samalah macam mimpi buruk yang dialami seorang sahabat Nabi:

Ertinya : “Wahai Rasulullah aku telah nampak dalam mimpiku seolah-olah kepalaku dipenggal. Maka Nabi SAW tertawa mendengarnya lalu berkata : Apabila Syaitan mempermainkan seseorang darimu ( dengan mimpi-mimpi begini) dalam tidurmu, maka janganlah kamu menceritakannya kepada orang lain” ( Riwayat Al-Bukhari)

Nabi juga menyebut :

Ertinya : Mimpi yang baik ( dari orang soleh) adalah dari Allah SWT dan mimpi (buruk) adalah dari Syaitan, barangsiapa yang telah melihat sesuatu (mimpi) yang tidak disukainya, hendaklah ia meniup ke kirinya 3 kali dan beristi’azah (meminta perlindungan dari gangguan syaitan), kemudian mimpi itu tidak akan memudaratkannya” ( Riwayat Al-Bukhari, 6/2568)

Kesimpulan

Setelah melihat kepada tiga kumpulan ulama ini, saya kira pandangan ketiga adalah gabungan kedua-dua kumpulan di atas, huraiannya adalah paling dekat dengan hati, minda dan keyakinan saya. Wallahu alam.

Perlu difahami, setiap orang mampu mendapat mimpi Nabi SAW tetapi dengan ia hanya benar jika bertepatan dengan sifat yang terdapat dalam hadith-hadith sahaja. Selain dari itu ia bukan nabi dan tiada percanggahan dengan hadith nabi tentang sesiapa yang melihatku dalam mimpi maka ia telah melihatku.

Sekian



Luahan Rabiah Adawiyah

Rabi'ah Al-Adawiyah berkata :
"Tuhanku, jika aku mengabdi kepada-Mu
karena takut kepada neraka, bakarlah aku
di dalamnya. Dan jika aku mengabdi
kepada-Mu karena mengharapkan surga,jauhkanlah aku daripadanya.
Tetapi jika Kau ku puja karena Engkau,
janganlah Engkau sembunyikan kecantikan-Mu yang kekal dariku.
""Ya Tuhan, bintang di langit telah gemerlapan,
orang-orang telah bertiduran, pintu-pintu istana telah dikunci,
dan tiap kekasih telah menyendiri dengan kekasihnya, dan inilah aku di hadirat-Mu.
""Tuhanku, malam telah berlalu dan siangpun segera menampakkan diri.
Aku gelisah, apakah amalanku Kau terima hingga aku merasa bahagia,
ataukah Engkau tolak hingga aku merasa sedih.
Demi kemuliaan-Mu, inilah yang aku lakukan selama Engkau beri hayat.
Sekiranya Engkau usir aku dari depan pintu-Mu, aku tidak akan pergi,
karena cinta pada-Mu telah memenuhi hatiku.
""Wahai kekasih hati, hanya Engkaulahyang aku cintai.
Beri ampunlah pembuat dosa yang datang ke hadirat-Mu.
Engkau harapanku, kebahagiaan, dan kesenanganku.
Hatiku telah enggan mencintai selain dirimu.
""Aku mencintai-Mu dengan dua cinta,
cinta karena diriku dan cinta karenadiri-Mu.
Cinta karena diriku adalah keadaanku senantiasa mengingat-Mu.
Dan cinta karena diri-Mu adalah,menyingkapkan tabir hingga Engkau kulihat..
Pujian bukanlah bagiku, tapibagi-Mu lah pujian untuk semuanya.

KISAH-KISAH

SEJENAK DENGAN JUHA 'MR. BEAN' ZAMAN ABBASIYAH

Belakang Bererti Hadapan

Abu Bakar Al-Kalbi menceritakan pengalamannya ketika bertemu dengan Juha* di Kufah. Ketika itu dia sengaja datang ke Kufah untuk pergi ke rumah hakim. Sesampainya di sana dia berjumpa dengan seorang syeikh sedang duduk berjemur di panas matahari.

“Wahai Syeikh! Di mana rumah tuan hakim?” Tanya Abu Bakar Al-Kalbi kepada Syeikh itu..

“Wara’aka (di belakangmu).” Jawab Syeikh itu.
Maka Abu Bakar pun berpatah balik ke belakang untuk mencari rumah yang dimaksud.

“Subhanallah, mengapa engkau berbalik ke belakang?” Tegur Syeikh itu tiba-tiba..
“Tuan kata “di belakangmu”, jadi saya balik ke belakanglah.” Jawab Abu Bakar..

“Dengarlah saudara. Ikramah telah mengkhabarkan kepadaku dari Ibnu Abbas mengenai firman Allah ....”
Lalu Syeikh itu membaca surah Al-Kahfi, ayat 79 yang ertinya: “Kerana di belakang mereka ada seorang raja yang mengambil setiap perahu dengan paksa.”
“Ikramah berkata,” Kata syeikh itu lagi. “Di belakang mereka maksudnya di hadapan mereka.”
Barulah Abu Bakar Al-Kalbi faham bahawa rumah tuan hakim yang sedang dicarinya ada di hadapannya.
“Subhanallah......” Kata Abu Bakar kagum.

Kemudian dia bertanya: “Syeikh ini Abu siapa......?” .
“Abul Ghusn.” Jawabnya..

“Nama yang sebenar?” Tanya Abu Bakar lagi. .

“Juha.” Jawabnya.
*** Ubbad bin Suhaib juga menceritakan pengalaman yang sama dengan Abu Bakar Al-Kalbi ketika datang ke Kufah. Dia datang ke kota itu untuk mendengarkan tilawah Al-Quran dari Syeikh Ismail bin Abi Khalid. Ketika dia sedang tercari-cari tiba-tiba bertemu dengan seorang Syeikh sedang duduk-duduk. “Wahai syeikh, di mana rumah Ismail bin Abi Khalid?” Tanya Ubbad bin Suhaib. “Terus ke belakang.” Jawab orang tua itu. “Jadi aku mesti berpatah balik?” Tanya Ubbad. “Aku cakap di belakangmu, mengapa mesti berpatah balik.” “Tuan cakap wara’aka, bererti kan di belakangku.” Kata Ubbad bin Suhaib. “Bukan begitu. Ikramah telah mengkhabarkan kepadaku tentang firman Allah “Wa kana wa ra’ahum”, maksudnya “di hadapan mereka.” Ubbad kagum akan kecerdikan orang tua itu..“Siapa nama tuan?” Tanya Ubbad.. “Nama saya Juha.” Jawab orang tua itu.
Pekikan Jubah

Abul Hasan menceritakan pula bahawa seorang lelaki telah mendengar suara orang berteriak dan mengadu kesakitan di rumah Juha.
“Aku mendengar suara pekikan di rumah tuan, apa gerangan?” tanya lelaki itu kepada Juha.
“Jubahku jatuh dari atas rumah.” jawab Juha.
"Err..hanya jubah jatuh pun sampai terpekik-pekik?”
“Engkau ini bodoh. Jika engkau sedang memakai jubah, dan jubah yang dipakaimu jatuh, bukankah engkau ikut jatuh bersamanya?” kata Juha.
Kubur Di Atas Tanah

Suatu hari seorang jiran Juha meninggal dunia, maka Juha bertanggung jawab ke atas pengkebumiannya. Dia lalu pergi kepada tukang gali kubur untuk memesan sebuah kuburan. Akan tetapi terjadi pertengkaran antara Juha dan tukang gali kubur berkenaan dengan upah menggalinya. Tukang gali kubur meminta upah sekurang-kurangnya lima dirham, dan kalau tidak, dia tidak mahu menggali kubur. Juha tidak setuju akan bayaran sebanyak itu. Tiba-tiba dia pergi ke pasar membeli beberapa biji kayu papan dengan harga dua dirham dan dibawanya ke perkuburan

“Buat apa kayu itu?” tanya orang ramai.

“Tukang gali kubur tidak mahu menggali kuburan kalau tidak dibayar sekurang-kurangnya lima dirham. Aku beli papan ini dengan harga dua dirham sahaja. Aku akan tutup saja mayat jiranku itu dengan papan ini dan akan diletakkan di atas tanah perkuburan. Aku masih untung tiga dirham. Di samping itu, si mayat tidak terkena himpitan kubur dan terhindar dari pertanyaan Malaikat Mungkar dan Nakir di dalam kubur. "
Unta Minta Upah?
Suatu ketika Juha pergi keluar untuk membeli gandum. Setelah gandum dapat, lalu dinaikkan ke atas untanya untuk dibawa balik.
Tiba-tiba unta yang dikenderainya lari dengan membawa gandum yang baru digiling itu. Setelah beberapa hari kemudian, Juha menjumpai untanya. Akan tetapi Juha mengelak daripada dilihat oleh untanya.

“Mengapa engkau menyembunyikan diri dari untamu?” tanya seseorang kepadanya.

“Aku khuatir unta itu meminta wang tambang kepadaku. Oleh kerana itulah aku bersembunyi daripadanya.” jawab Juha.
***
Pada suatu musim haji, ayah Juha keluar ke Makkah untuk mengerjakan ibadah haji. Ketika ayahnya akan berangkat, Juha berpesan: “Ayah jangan terlalu lama pergi. Usahakan ada di sini semula pada Hariraya Aidiladha agar kita dapat menyembelih kurban bersama.”
Kambing Ajaib
Semasa remajanya, Juha pernah disuruh ke pasar oleh ayahnya untuk membelikan kepala kambing bakar. Dia pun pergi dan membeli sebuah kepala kambing bakar yang baik dan dibawanya pulang.
Di tengah perjalanan, Juha berhenti dan membuka kepala kambing itu, lalu dimakannya kedua-dua matanya, kedua-dua telinganya, lidahnya dan otaknya. Kemudian sisanya yakni tengkorak- tengkoraknya dibawa pulang dan diserahkan kepada ayahnya.

Sudah tentu ayahnya sangat terkejut kerana kepala tersebut sudah kosong dan bahagian-bahagian lainnya juga hilang.

“Celaka kamu, apa ini?” kata ayahnya..

“Itulah kepala yang ayah minta.” jawab Juha.
“Mana kedua-dua matanya?” tanya ayahnya lagi..

“Ia adalah kambing buta.” jawab Juha..

“Mana kedua-dua telinganya.”

kambingnya tuli.” jawab Juha.
“Lidahnya juga tidak ada, ke mana?” tanya ayahnya.
“Kambing itu kelu agaknya.” Jawab Juha.
“Sampai pada otaknya juga tidak ada, ke mana?”
“Kambingnya botak.” jawab Juha.
Ayahnya tidak dapat menerima kepala kambing yang tidak sempurna itu kerana merasa rugi.
“Celaka engkau Juha. Sila kembalikan kepala kambing ini kepada penjualnya, dan tukar dengan yang lain.” kata ayahnya.
“Pemiliknya telah menjual kambing itu tanpa sebarang cacat.” jawab Juha.

Membeli Bangkai

Suatu hari Juha melihat budak-budak mempermain-mainkan seekor burung yang sudah mati.

“Boleh jual kepadaku burung itu?” Tanya Juha.
“Burung sudah mati akan engkau beli, buat apa?” Tanya budak-budak itu.
“Aku memang ingin memilikinya.”
“Kalau nak juga, sila beli.” Kata budak-budak itu.
Juha membayar burung mati itu dengan harga satu dirham kemudian dibawanya pulang. Sesampainya di rumahnya, ibu hairan dan marah. “Hai Juha! Buat apa kau bawa burung yang sudah jadi bangkai itu?” tanya ibunya.
“Diamlah bu. Jika burung itu hidup, aku tidak sanggup mengeluarkan seratus dirham untuk membeli makanannya.” Jawab Juha.
____________________________________________ (*) Juha Al-Kufi Al-Fazzari, juga dikenali sebagai Abul Ghusn adalah seorang yang terlalu pelupa dan lurus walaupun cerdik, sehingga perjalanan hidupnya banyak yang aneh. Ibunya adalah khadam kepada ibu Anas bin Malik, sahabat Nabi SAW. Al-Jauhari di dalam kitab menamakannya Juha. Pengarang kitab “Al-Qamus” mengatakan bahawa Juha adalah gelarannya, sedang namanya yang sebenar adalah Dajin bin Thabit. Akan tetapi Ibnu Hajar di dalam kitab “Lisanul Mizan” menafikan bahawa Juha adalah Dajin bin Thabit. Selain Juha Al-Kufi yang berbangsa Arab ini, ada lagi orang bernama Juha, tapi berasal dari Turki. Sehingga kadang-kadang kisah kedua-dua Juha itu bercampur.

ANJING MUSAFIR

Diceritakan bahawa pada suatu hari *Abdullah bin Jaafar sedang berpergian. Ketika sampai di sebuah kebun kurma milik seseorang, dia berhenti untuk beristirehat. Didapatinya di situ ada seorang hamba abdi berkulit hitam yang menjaga kebun kurma tersebut. Tiba-tiba hamba abdi itu mengeluarkan bekalnya untuk makan yang berupa tiga potong makanan. Seekor anjing datang menghampirinya dan berpusing-pusing berhampiran si hamba sambil menyalak sebagai tanda ingin merasa makanan itu. Lidahnya pun dihulur-hulurkannya keluar.
Hamba abdi yang peka itu mencampakkan sepotong makanannya ke arah anjing dan dimakannya. Kemudian dicampakkannya pula sepotong lagi dan dimakannya pula. Ternyata anjing itu masih belum mahu lari juga. Maka hamba abdi itu mencampakkan lagi makanannya untuk ketiga kalinya dan dimakannya lagi. Maka habislah semua bekal si hamba kerana diberikan kepada anjing yang datang.

Abdullah bin Jaafar yang melihat perkara itu sangat hairan, kerana si hamba telah memberikan semua makanannya kepada anjing. “Wahai anakku, berapa banyakkah makananmu sehari di tempat ini?” tanya Abdullah bin Jaafar.

“Tiga potong saja yang kesemuanya telah dimakan anjing tadi.” Jawab si hamba.
“Mengapa engkau berikan semua kepada anjing itu? Dan engkau sendiri akan makan apa?” tanya Abdullah.

“Wahai tuan. Tempat ini bukanlah kawasan anjing. Jadi aku yakin dia datang dari tempat yang jauh, sedang bermusafir dan tentu dia sangat lapar. Sedang aku sendiri, biarlah tidak makan hari ini sehingga esok.” jawab si hamba.







Mendengar itu, Abdullah berseru: “Subhanallah. Bagus...bagus. Ternyata hamba itu lebih dermawan daripada saya.”







Kerana rasa terharunya dan merasa kedermawanannya masih dikalahkan oleh seorang hamba hitam, Abdullah bin Jaafar membeli kebun kurma dan hamba abdi itu dari tuannya. Kemudian dia memerdekakan si hamba, dan kebun kurma itu diberikan kepadanya. Setelah itu, dia pergi meninggalkan tempat itu untuk meneruskan perjalanannya.







__________________________________________



(*) Abdullah bin Jaafar bin Abi Talib lahir di Negeri Habsyah ketika umat Islam sedang berpindah ke sana dengan dipimpin oleh ayahnya Jaafar bin Abi Talib. Dialah keluarga Bani Hasyim yang paling akhir melihat Rasulullah SAW Ketika Nabi SAW membaiatnya, Abdullah bin Jaafar baru berumur tujuh tahun, turut bersama dalam baiat itu Abdullah bin Zubair yang umurnya juga baru tujuh tahun.Abdullah bin Jaafar memang terkenal sangat dermawan. Dia pernah bersedekah sehingga beribu-ribu dinar dalam satu masa, enam puluh ribu, empat puluh ribu dinar dan lain-lain. Muawiyah sangat suka kepadanya dan memberinya satu juta dirham setiap tahun. Suatu masa ketika Muawiyah mengerjakan memberinya lima puluh ribu dinar. Abdullah bin Jaafar wafat pada tahun 83 Hijrah.

JUHA 'MR. BEAN' ZAMAN ABBASIYAH

Juha Membalas Dendam







Suatu hari aku telah bersetuju dengan beberapa orang sahabatku iaitu untuk mengadakan satu pertandingan. Jika aku dapat mengalahkan mereka, maka mereka kena menjamu aku makan dengan satu hidangan yang sedap-sedap dan bermacam-macam makanan. Dan jika aku yang kalah maka akulah yang kena jamu mereka makan.







Dengan satu syarat iaitu aku di kehendaki duduk di satu kawasan yang lapang di waktu malam di musim sejuk dan mereka tidak akan mengawasi aku bermakna aku mesti amanah tidak boleh menipu. Dan ada syarat yang lebih penting lagi iaitu jangan ada langsung tanda-tanda bahawa pada malam itu aku menyalakan api untuk memanaskan badan aku dari kesejukan, ini yang paling penting. Aku pun bersetuju oleh kerana aku yakin bahawa aku akan mampu menyahut cabaran tersebut dan aku berjanji akan benar-benar menepati syarat-syarat sebagaimana yang telah ditentukan. Maka pada malam itu aku pun berbuat sebagaimana yang telah diminta kepadaku.







Kemudian pada keesokan paginya mereka pun beramai-ramai datang menemui aku dan meminta kepadaku agar menceritakan apa yang telah berlaku pada malam tadi dengan amanah dan jujur. Aku pun menceritakan kepada mereka: “Sesungguhnya pada malam tadi tidak ada yang aku dengar melainkan desiran dedaunan pokok yang ditiup angin. Selain itu aku juga mendengar tiupan angin yang agak kencang hingga menyebabkan aku merasakan kedinginan yang sangat dan juga aku terlihat dari kejauhan iaitu lebih kurang sebatu di depanku kelihatan api yang aku rasakan mungkin itu longgokan api.”







Tiba-tiba salah seorang dari mereka bangun dan berkata: “Bukankah kita dah berjanji jangan langsung kamu menyalakan api ataupun ada apa-apa unsur yang boleh mendatangkan kepanasan bagi kamu, bermakna api itu dapat memanaskan badan kamu dan kamu telah menyalahi syarat perjanjian kita!” Bangun seorang lagi, dia juga berkata, menguatkan kata-kata kawannya itu tadi dan akhirnya mereka memberi keputusan akulah yang kena menyediakan kepada mereka makanan yang sedap-sedap. Aku pun bersetuju tanpa banyak cakap. Maka tibalah pada hari yang ditetapkan iaitu mereka akan ke rumahku untuk menjamu selera, sesampai sahaja mereka aku pun mempersilakan mereka masuk.







Setelah agak lama mereka menunggu, perut-perut mereka pula telah berkeroncong, maka terus mereka bertanya kepadaku: “Wahai Juha...! mana dia hidangan, kami dah lama menunggu ni?” Oleh kerana mereka sudah bertanya, aku pun mengajak mereka ke kebun yang berada di belakang rumahku. Tiba-tiba mereka terkejut kerana melihat sebuah periuk yang besar tergantung di dahan salah satu pokok yang ada di kebunku. Lalu terus mereka bertanya: “Wahai Juha... apa ini?” Aku pun berkata di samping ingin mengenakan mereka: “Takkanlah kamu sudah lupa dulu kamu katakan padaku bahawa aku akan dapat memanaskan badanku yang kesejukan di musim dingin dengan longgokan api yang jauhnya sebatu, jadi sekarang ini di depan mata kamu semua, kamu menyaksikan sebuah periuk yang berisi makanan, takkanlah dia tak boleh masak dengan kepanasan api pelita yang ada di bawahnya yang jaraknya hanya sehasta. Jadi tunggulah sampai ia masak dulu!”











Mana Dia Surat Itu







Pada suatu hari ada seorang yang paling kaya dalam kampungku telah membuat satu jamuan makan yang sangat besar, dihidangi dengan makanan yang sedap-sedap dan lazat. Akan tetapi dia hanya menjemput orang-orang yang besar dan kaya-kaya sahaja samada dari kampung yang sama dan juga dari kampung yang bersebelahan.







Walau bagaimana sekalipun aku berazam untuk turut hadir dalam majlis jamuan itu, walaupun dengan apa cara sekalipun. Jadi si tuan rumah yang kaya raya tadi telah memberitahu kepada khadam yang menjaga pintu agar memastikan setiap para jemputan yang hadir mestilah menunjukkan kad jemputan. Siapa yang tidak membawa kad jemputan yang telah di edarkan, jangan di izinkan masuk. Maka aku pun mendapat satu jalan iaitu aku mengambil sehelai kertas putih dan aku lipatkan seakan-akan lipatan surat. Aku pun pergi ke rumah orang kaya tadi, sampai di pintu rumah dengan seberapa cepat yang boleh aku berjalan dan berkata kepada si penjaga pintu: “Buka... buka laluan!... aku membawa sekeping surat yang penting untuk tuan rumah”







Aku terus masuk ke dalam rumah dan aku dapati bahawa di hadapanku sekarang ini terhidang satu juadah yang amat sedap lagi lazat. Tanpa berlengah terus aku menerkamnya, aku makan semampu yang boleh dan kemudian sambil aku makan, aku serahkan kertas yang aku katakan surat tadi kepada tuan rumah. Dia pun mengambilnya, setelah dilihat terus dia berkata kepadaku dengan pelik: “Mana dia surat tu, ini kertas putih kosong, langsung tak ada apa-apa tulisan?” Aku menjawab dengan mulutku yang penuh dengan makanan: “Oh... minta maaflah wahai tuan, sebenarnya aku datang ke sini tadi dalam keadaan yang tergesa-gesa sehinggakan aku tidak sempat untuk menulis surat ini terlebih dahulu, jadi minta maaflah!”.











Juha Memegang Janji







Pada suatu hari aku telah bertelagah dengan isteriku tentang giliran untuk mengikat serta memberi makan kepada keldai kepunyaan kami di kandang. Akhirnya kami mengambil keputusan siapa yang mula bercakap selepas ini, maka dialah yang mesti pergi ke kandang untuk mengikat serta memberi makan keldai.







Maka aku dan isteriku terus duduk di dalam rumah, masing-masing mendiamkan diri tidak mahu bercakap. Setelah lebih kurang sejam lamanya isteriku pun menjadi bosan, lalu dia terus keluar dari rumah pergi ke salah sebuah rumah jiranku, jadi tinggallah aku sendirian. Tidak lama kemudian aku terdengar satu suara seakan-akan ada perompak masuk ke dalam rumahku. Maka aku pun nak melaungkan suara untuk meminta tolong, tiba-tiba aku teringatkan perjanjian dengan isteriku tadi, terus aku tak jadi nak menjerit. Aku pun terus duduk dan langsung tidak bergerak-gerak. Perompak tersebut terus masuk ke dalam bilikku, mulalah dia menggeledah sana sini, sebelum itu dia terpandang ke arahku dan dia menyangkakan bahawa aku diserang penyakit lumpuh sebab langsung tidak bergerak-gerak.







Lalu terus dia mengambil apa yang boleh diambilnya, apa saja yang dapat dicapai oleh tangannya dia memasukkan ke dalam karung yang dibawa. Kemudian sebelum perompak itu meninggalkan rumahku dia datang menghampiri aku lalu mengambil serban yang ada di kepalaku dan kemudian dia terus lari menghilangkan diri. Aku langsung tidak bergerak-gerak ataupun berkata apa-apa sebab berpegang pada janji aku dengan isteriku. Tidak lama selepas itu datang seorang anak jiran rumahku kerana isteriku telah menyuruhnya agar membawakan untukku semangkuk bubur supaya aku tidak mati kelaparan. Aku pun memberi isyarat kepada anak jiranku itu bahawa serbanku dan seluruh perkakas rumahku telah dicuri perompak.







Bila dia melihat aku memberi isyarat sedemikian, disangkanya aku berkata: “Tuangkanlah bubur itu ke atas kepalaku!” Habis basah kuyup aku dibuatnya. Tiba-tiba si budak tadi terus faham dengan apa yang telah aku isyaratkan kepadanya, tanpa berlengah terus dia berlari serta memanggil-manggil isteriku. Isteriku terus datang untuk melihat apa yang telah berlaku... bila dia terlihat terus dia berkata kepadaku dalam keadaan terperanjat serta marah: “Apa yang telah berlaku ke atasmu wahai Juha... suamiku?” Aku pun terus melompat bangun dari tempatku dan kukatakan kepadanya: “Ha!... kamu yang mula bercakap, jadi kamulah yang kena pergi ke kandang untuk mengikat dan memberi makan si keldai tu nampaknya, cepatlah pergi...! dan janganlah kamu berdegil lagi!”

Monday, October 09, 2006

BEKERJA ITU IBADAH

Bekerja bukan hanya kebutuhan, tapi juga kewajiban. Berpahala jika dilakukan, berdosa kalau ditinggalkan. Anas bin Malik meriwayatkan bahwa seorang lelaki dari kaum Anshar datang menghadap Rasulullah saw dan meminta sesuatu kepada beliau. Rasulullah saw bertanya, “Adakah sesuatu di rumahmu?”







“Ada, ya Rasulullah!” jawabnya, “Saya mempunyai sehelai kain tebal, yang sebagian kami gunakan untuk selimut dan sebagian kami jadikan alas tidur. Selain itu saya juga mempunyai sebuah mangkuk besar yang kami pakai untuk minum.”







“Bawalah kemari kedua barang itu,” sambung Rasulullah saw. Lelaki itu membawa barang miliknya dan menyerahkannya kepada Rasulullah. Setelah barang diterima, Rasulullah saw segera melelangnya. Kepada para sahabat yang hadir pada saat itu, beliau menawarkan pada siapa yang mau membeli. Salah seorang sahabat menawar kedua barang itu dengan harga satu dirham. Tetapi Rasulullah menawarkan lagi, barangkali ada yang sanggup membeli lebih dari satu dirham, “Dua atau tiga dirham?” tanya Rasulullah kepada para hadirin sampai dua kali. Inilah lelang pertama kali yang dilakukan Rasulullah.







Tiba-tiba salah seorang sahabat menyahut, “Saya beli keduanya dengan harga dua dirham.”



Rasulullah menyerahkan kedua barang itu kepada si pembeli dan menerima uangnya. Uang itu lalu diserahkan kepada lelaki Anshar tersebut, seraya berkata, “Belikan satu dirham untuk keperluanmu dan satu dirham lagi belikan sebuah kapak dan engkau kembali lagi ke sini.”



Tak lama kemudian orang tersebut kembali menemui Rasulullah dengan membawa kapak. Rasulullah saw melengkapi kapak itu dengan membuatkan gagangnya terlebih dahulu, lantas berkata, “Pergilah mencari kayu bakar, lalu hasilnya kamu jual di pasar, dan jangan menemui aku sampai dua pekan.”







Lelaki itu taat melaksanakan perintah Rasulullah. Setelah dua pekan berlalu ia menemui Rasulullah melaporkan hasil kerjanya. Lelaki itu menuturkan bahwa selama dua pekan ia berhasil mengumpulkan uang sepuluh dirham setelah sebagian dibelikan makanan dan pakaian. Mendengar penuturan lelaki Anshar itu, Rasulullah bersabda, “Pekerjaanmu ini lebih baik bagimu daripada kamu datang sebagai pengemis, yang akan membuat cacat di wajahmu kelak pada hari kiamat.”







Rasulullah saw memberikan pelajaran menarik tentang pentingnya bekerja. Dalam Islam bekerja bukan sekadar memenuhi kebutuhan perut, tapi juga untuk memelihara harga diri dan martabat kemanusiaan yang seharusnya dijunjung tinggi. Karenanya, bekerja dalam Islam menempati posisi yang teramat mulia. Islam sangat menghargai orang yang bekerja dengan tangannya sendiri. Rasulullah saw pernah ditanya, “Pekerjaan apakah yang paling baik?” Beliau menjawab, “Pekerjaan terbaik adalah usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan semua perjualbelian yang dianggap baik,” (HR Ahmad dan Baihaqi).







Sedemikian tingginya penghargaan itu sehingga orang yang bersungguh-sungguh bekerja disejajarkan dengan mujahid fi sabilillah. Kerja tak hanya menghasilkan nafkah materi, tapi juga pahala, bahkan maghfirah dari Allah SWT. Rasulullah saw bersabda, “Jika ada seseorang yang keluar dari rumah untuk bekerja guna mengusahakan kehidupan anaknya yang masih kecil, maka ia telah berusaha di jalan Allah. Jika ia bekerja untuk dirinya sendiri agar tidak sampai meminta-minta pada orang lain, itu pun di jalan Allah. Tetapi jika ia bekerja untuk berpamer atau bermegah-megahan, maka itulah ‘di jalan setan’ atau karena mengikuti jalan setan,” (HR Thabrani).







Kerja juga berkait dengan martabat manusia. Seorang yang telah bekerja dan bersungguh-sungguh dalam pekerjaannya akan bertambah martabat dan kemuliannya. Sebaliknya, orang yang tidak bekerja alias menganggur, selain kehilangan martabat dan harga diri di hadapan dirinya sendiri, juga di hadapan orang lain. Jatuhnya harkat dan harga diri akan menjerumuskan manusia pada perbuatan hina. Tindakan mengemis, merupakan kehinaan, baik di sisi manusia maupun di sisi Allah SWT. Orang yang meminta-minta kepada sesama manusia tidak saja hina di dunia, tapi juga akan dihinakan Allah kelak di akhirat.







Rasulullah saw bersabda, “Demi Allah, jika seseorang di antara kamu membawa tali dan pergi ke bukit untuk mencari kayu bakar, kemudian dipikul ke pasar untuk dijual, dengan bekerja itu Allah mencukupi kebutuhanmu, itu lebih baik daripada ia meminta-minta kepada orang lain,” (HR Bukhari dan Muslim).







Bekerja juga berkait dengan kesucian jiwa. Orang yang sibuk bekerja tidak akan ada waktu untuk bersantai-santai dan melakukan ghibah serta membincangkan orang lain. Ia akan menggunakan waktunya untuk meningkatkan kualitas kerja dan usaha.







Begitu pentingnya arti bekerja, sehingga Islam menetapkannya sebagai suatu kewajiban. Setiap Muslim yang berkemampuan wajib hukumnya bekerja sesuai dengan bakat dan kemampuannya.







Abu Hanifah adalah seorang ulama besar yang sangat dihormati. Ilmunya luas dan muridnya banyak. Di tengah kesibukannya belajar dan mengajar, ia masih menyempatkan diri untuk bekerja sehingga tidak jelas apakah ia seorang pedagang yang ulama atau ulama yang pedagang. Baginya, berusaha itu suatu keharusan. Sedangkan berjuang, belajar dan mengajarkan ilmu itu juga kewajiban.







Tentang nilai usaha ini, Islam tidak hanya bicara dalam tataran teori, tapi juga memberikan contohnya. Rasulullah saw adalah seorang pekerja. Para sahabat yang mengelilingi beliau juga adalah para pekerja. Delapan sahabat Rasulullah saw yang dijamin masuk surga adalah para saudagar yang kaya.







Kenapa orang yang bekerja itu mendapatkan pahala di sisi Allah SWT? Jawabannya sederhana, karena bekerja dalam konsep Islam merupakan kewajiban atau fardhu. Dalam kaidah fiqh, orang yang menjalankan kewajiban akan mendapatkan pahala, sedangkan mereka yang meninggalkannya akan terkena sanksi dosa. Tentang kewajiban bekerja, Rasulullah bersabda, “Mencari rezeki yang halal itu wajib sesudah menunaikan yang fardhu (seperti shalat, puasa dan sebagainya),” (HR ath-Thabrani dan al-Baihaqi)







Karena bekerja merupakan kewajiban, maka tak heran jika Umar bin Khaththab pernah menghalau orang yang berada di masjid agar keluar untuk mencari nafkah. Umar tak suka melihat orang yang pada siang hari tetap asyik duduk di masjid, sementara sang mentari sudah terpancar bersinar.

Tuesday, September 26, 2006

KEJUJURAN SEORANG SAUDAGAR PERMATA

Pada suatu hari, seorang saudagar perhiasan di zaman Tabiin bernama Yunus bin Ubaid, menyuruh saudaranya menjaga kedainya kerana ia akan keluar solat. Ketika itu datanglah seorang badwi yang hendak membeli perhiasan di kedai itu.







Maka terjadilah jual beli di antara badwi itu dan penjaga kedai yang diamanahkan tuannya tadi. Satu barang perhiasan permata yang hendak dibeli harganya empat ratus dirham. Saudara kepada Yunus menunjukkan suatu barang yang sebetulnya harga dua ratus dirham. Barang tersebut dibeli oleh badwi tadi tanpa diminta mengurangkan harganya tadi. Ditengah jalan, dia terserempak dengan Yunus bin Ubaid. Yunus bin Ubaid bertanya kepada si badwi yang membawa barang perhiasan yang dibeli dari kedainya tadi.







Sememangnya dia mengenali barang tersebut adalah dari kedainya. Saudagar Yunus bertanya kepada badwi itu, "Berapakah harga barang ini kamu beli?" Badwi itu menjawab, "Empat ratus dirham." Tetapi harga sebenarnya cuma dua ratus dirham sahaja. Mari ke kedai saya supaya saya dapat kembalikan wang selebihnya kepada saudara. " kata saudagar Yunus lagi. "Biarlah, ia tidak perlu. Aku telah merasa senang dan beruntung dengan harga yagn empat ratus dirham itu, sebab di kampungku harga barang ini paling murah lima ratus dirham." Tetapi saudagar Yunus itu tidak mahu melepaskan badwi itu pergi.







Didesaknya juga agar badwi tersebut balik ke kedainya dan bila tiba dikembalikan wang baki kepada badwi itu. Setelah badwi itu beredar, berkata saudagar Yunus kepada saudaranya, "Apakah kamu tidak merasa malu dan takut kepada Allah atas perbuatanmu menjual barang tadi dengan dua kali ganda?" Marah saudagar Yunus lagi. "Tetapi dia sendiri yang mahu membelinya dengan empat ratus dirham." Saudaranya cuba mempertahankan bahawa dia dipihak yang benar. Kata saudagar Yunus lagi, "Ya, tetapi di atas belakang kita terpikul satu amanah untuk memperlakukan saudarakita seperti memperlakukan terhadap diri kita sendiri."







Jika kisah ini dapat dijadikan tauladan bagi peniaga-peniaga kita yang beriman, amatlah tepat. Kerana ini menunjukkan peribadi seorang peniaga yagn jujur dan amanah di jalan mencari rezeki yang halal. Jika semuanya berjalan dengan aman dan tenteram kerana tidak ada penipuan dalam perniagaan. Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah itu penetap harga, yang menahan, yang melepas dan memberi rezeki dan sesungguhnya aku harap bertemu Allah di dalam keadaan tidak seorang pun dari kamu menuntut aku lantaran menzalimi di jiwa atau diharga." (Diriwayatkan lima Imam kecuali Imam Nasa'i)

KISAH SI PEMALAS DENGAN ABU HANIFAH

Suatu hari ketika Imam Abu Hanifah sedang berjalan-jalan melalui sebuah rumah yang jenelanya masih terbuka, terdengar oleh beliau suara orang yang mengeluh dan menangis tersedu-sedu. Keluhannya mengandungi kata-kata, "Aduhai, alangkah malangnya nasibku ini, agaknya tiada sesiapa pun yang lebih malang dari nasibku yang celaka ini. Sejak dari pagi lagi belum datang sesuap nasi atau makanan pun di kerongkongku sehingga seluruh badanku menjadi lemah longlai. Oh, manakah hati yang belas ikhsan yang sudi memberi curahan air walaupun setitik."







Mendengar keluhan itu, Abu Hanifah berasa kasihan lalu beliau pun balik ke rumahnya dan mengambil bungkusan hendak diberikan kepada orang itu. Sebaik sahaja dia sampai ke rumah orang itu, dia terus melemparkan bungkusan yang berisi wang kepada si malang tadi lalu meneruskan perjalanannya.







Dalam pada itu, si malang berasa terkejut setelah mendapati sebuah bungkusan yang tidak diketahui dari mana datangnya, lantas beliau tergesa-gesa membukanya. Setelah dibuka, nyatalah bungkusan itu berisi wang dan secebis kertas yang bertulis, "Hai manusia, sungguh tidak wajar kamu berkeluh kesan sedemikian itu, kamu tidak pernah atau perlu mengeluh diperuntungkan nasibmu. Ingatlah kepada kemurahan Allah dan cublah bermohon kepada-Nya dengan bersungguh-sungguh. Jangan suka berputus asa, hai kawan, tetapi berusahalah terus."







Pada keesokan harinya, Imam Abu Hanifah melalui lagi rumah itu dan suara keluhan itu kedengaran lagi, "Ya Allah, Tuhan Yang Maha Belas Kasihan dan Pemurah, sudilah kiranya memberikan bungkusan lain seperti kelmarin, sekadar untuk mengenyangkan hidupku ang melarat ini. Sungguh jika Tuhan tidak beri, akan lebih sengsaralah hidupku, wahai untung nasibku."







Mendengar keluhan itu lagi, maka Abu Hanifah pun lalu melemparkan lagi bungkusan berisi wang dan secebis kertas dari luar jendela itu, lalu dia pun meneruskan perjalanannya. Orang itu terlalu riang sebaik sahaja mendapat bungkusan itu. Lantas terus membukanya.







Seperti dahulu juga, di dalam bungkusan itu tetap ada cebisan kertas lalu dibacanya, "Hai kawan, bukan begitu cara bermohon, bukan demikan cara berikhtiar dan berusaha. Perbuatan demikian 'malas' namanya. Putusa asa kepada kebenaran dan kekuasaan Allah. Sungguh tidak redha Tuhan melihat orang pemalas dan berputus asa, enggan bekerja untuk keselamatan dirinya. Jangan...jangan berbuat demikian. Hendak senang mesti suka pada bekerja dan berusaha kerana kesenangan itu tidak mungkin datang sendiri tanpa dicari atau diusahakan. Orang hidup tidak perlu atau disuruh duduk diam tetapi harus bekerja dan berusaha. Allah tidak akan perkenankan permohonan orang yang malas bekerja. Allah tidak akan mengabulkan doa orang yang berputus asa. Sebab itu, carilah pekerjaan yang halal untuk kesenangan dirimu. Berikhtiarlah sedapat mungkin dengan pertolongan Allah. InsyaAllah, akan dapat juga pekerjaan itu selama kamu tidak berputus asa. Nah...carilah segera pekerjaan, saya doakan lekas berjaya."







Sebaik sahaja dia selesai membaca surat itu, dia termenung, dia insaf dan sedar akan kemalasannya yang selama ini dia tidak suka berikhtiar dan berusaha.







Pada keesokan harinya, dia pun keluar dari rumahnya untuk mencari pekerjaan. Sejak dari hari itu, sikapnya pun berubah, mengikut peraturan-peraturan hidup (Sunnah Tuhan) dan tidak lagi melupai nasihat orang yang memberikan nasihat itu.







Dalam Islam tiada istilah penggangguran, istilah ini hanya digunakan oleh orang yang berakal sempit. Islam mengajar kita untuk maju ke hadapan dan bukan mengajar kita tersadai di tepi jalan.

ORANG YANG SUKA NAIK DARAH

Setelah bertahun-tahun lamanya, seorang yang sangat mudah marah menyedari bahawa ia sering mendapat kesusahan kerana sifatnya itu. Pada suatu hari, ia mendengar tentang seorang darwis yang berpengetahuan tingi lalu ia terus menemuinya untuk mendapatkan nasihat.







Darwis itu berkata, "Pergilah ke suatu tempat, disana kamu akan menemui sebatang pohon mati. Berdirilah di bawahnya dan lakukan satu kebajikan dengan memberi air kepada sesiapa yang lalu di depanmu."







Orang itu menjalankan nasihat tersebut. Hari demi hari berlalu, dan ia pun dikenal ramai sebagai orang yang mengikut sesuatu latihan kebaikan hati dan pengendalian diri di bawah perintah seorang yang berpengetahuan dalam.







Pada suatu hari, ada seorang yang lalu disitu dalam keadaan tergesa-gesa, ia memalingkan mukanya ketika ditawarkan air dan meneruskan perjalanannya. Orang yang mudah naik darah itu pun memanggilnya berulang kali, "Hai, balas salam aku! Minumlah air yang aku sediakan ini, yang aku khaskan untuk sekelian musafir yang lalu di sini."







Namun, tiada jawapan dari orang yang lalu tadi. Kerana sifatnya yang dahulu, orang yang mudah naik darah itu tidak dapat lagi menguasai dirinya. Ia lalu mengambil senjatanya dan terus di kejar dan dibunuhnya orang yang lalu tadi. Pada masa orang itu rebah meninggal dunia, pohon yang mati disitu, bagaikan suatu keajaiban, tiba-tiba penuh berbunga.







Sebenarnya, orang yang baru dibunuh itu adalah seorang pembunuh. Ia sedang dalam perjalanan untuk melaksanakan satu kejahatan yang paling mengerikan dalam sejarah kehidupannya.







Jadi, disini ada dua jenis nasihat. Pertama adalah penasihat yang memberitahu tentang apa yang harus dilakukan sesuai dengan aturan-aturan yang pasti, yang diulang-ulang secara teratur. Kedua adalah manusia berpengetahuan. Mereka yang bertemeu dengan manusia yang berpengetahuan akan meminta nasihat moral dan menganggapnya sebagai moralis. Namun yang diabadikannya adalah kebenaran, bukan harapan-harapan soleh.

Tuesday, August 23, 2005

HIKMAH CEMBURU BUTA

Kelahiran Muawiyah yang akan menjadi orang besar sudah diramal oleh seorang tukang tilik di zaman jahiliyah. Hindun bin Utbah ibu kepada Muawiyah pernah berkahwin dengan seorang lelaki bernama Fakih bin Al-Mughirah sebelum berkahwin dengan Abu Sufyan. Fakih seorang Arab yang sangat suka menerima tetamu, bahkan dia punya satu rumah khusus yang disediakan untuk tetamu dan orang musafir. Rumah tersebut dibuka siang dan malam dan boleh ditempati oleh tetamu dan musafir tanpa perlu meminta izin terlebih dahulu.







Suatu hari, rumah tetamu tersebut sedang kosong, maka Fakih membawa Hindun beristirehat dan berbaring-baring di rumah tersebut. Sebentar kemudian Fakih keluar untuk suatu keperluan dan Hindu tertidur di situ sementara menunggu suaminya. Tiba-tiba datang seorang lelaki tetamu yang ingin beristirehat di rumah tersebut dan masuk ke dalam, tapi dia melihat seorang perempuan sedang tidur di dalamnya. Oleh kerana itu, dia segera keluar semula. Ketika lelaki itu keluar, Fakih datang dan melihatnya. Kecurigaan pun timbul di dalam hatinya, mukanya berubah menjadi merah. Fakih terus masuk dan menendang isterinya yang sedang tidur. Hindun terkejut dan cuba bangun dalam keadaan terhoyong-hayang.







"Ada apa? Ada apa?" kata Hindun dalam keadaan gugup.







Pertanyaannya tidak dijawab, tiba-tiba Fakih telah bertanya dengan nada yang keras, "Siapa lelaki yang bersamamu tadi?"







"Lelaki? Mana ada...aku tidak melihat sesiapa, aku tidur dan baru terjaga setelah dikejutkan oleh engkau..." jawab Hindun.







Al-Fakih terus menuduh, tapi Hindun terus mempertahankan kejujurannya. Maka terjadilah perang mulut di antara kedua-dua suami isteri itu.







"Baliklah engkau kepada keluargamu." kata Fakih menghalau Hindun.







Hindun terus bingkas dan balik ke rumah ayahnya. Sementara orang ramai memperkatakan mereka dari mulut ke mulut sehingga terdengar juga oleh Utbah, ayah Hindun.







"Wahai anakku, sesungguhnya orang ramai telah saling memperkatakan engkau. Maka hendaklah engkau ceritakan kepadaku perkara yang sebenarnya. Jika lelaki yang dimaksudkan itu benar-benar ada, aku akan mengutus orang untuk membunuhnya, agar cerita itu lenyap. Sebaliknya jika berita itu bohong aku akan bertahkim kepada tukang tilik di Yaman." kata Utbah kepada Hindun.







Hindun bersumpah kepada ayahnya bahawa berita itu tidak pernah ada, dia tidak pernah berlaku curang dan tidak pernah mengkhianati suaminya. Berdasarkan keterangan Hindun itu, Utbah memanggil Fakih dan berkata: "Engkau telah menuduh anakku dengan tuduhan yang besar. Oleh kerana itu aku akan ajak engkau agar bertahkim kepada tukang tilik di Yaman."







"Boleh," jawab Fakih.







Pada hari yang telah ditetapkan, Fakih berangkat ke Yaman bersama sejumlah kaum keluarganya dari Bani Makhzum, sementara Utbah dan Hindun berangkat bersama sekumpulan kaum keluarganya dari Banu Abdi Manaf. Apabila hampir sampai ke tempah bomoh yg di tuju, tiba-tiba wajah Hindun berubah menjadi pucat seperti orang ketakutan.







"Wahai anakku, mengapa keadaanmu tiba-tiba berubah seperti ketakutan? Ini pasti ada sesuatu yang engkau rahsiakan. Ayuh cakap terus terang aja." kata Utbah kepada Hindun.







"Wahai ayahku, demi Allah, aku tidak menyimpan apa-apa rahsia yang ditakuti. Tapi aku tahu bahawa engkau akan datang keapda seorang manusia tukang ramal, yang kadang-kadang salah dan kadang-kadang benar. Aku merasa tidak aman, khuatir tekaannya salah, maka aku akan menjadi umpatan dan cacian bangsa Arab." jawab Hindun.







"Jangan khuatir wahai anakku, aku akan menguji ahli nujum itu terlebih dahulu sebelum menilik dirimu, sama ada dia betul tahu atau hanya sekadar meneka-neka." kata Utbah.







Utbah ingin mengetahui sama ada tukang tilik it betul-betul mahir atau hanya sekadar meneka-neka. Sebelum dia masuk ke rumah si ahli nujum, Utbah mengambil sebiji gandum lalu disorokkan ke bawah pelana kudanya. Kemudian rombongan itu masuk ke rumah tok nujum dan disambut dengan gembira dan penuh kehormatan.







"Wahai tok nujum, aku datang kepadamu untuk suatu urusan. Sebelumnya aku telah menyorokkan sesuatu untuk mengujimu, cuba sebutkan apa itu?" kata Utbah.







"Hahaha....Engkau hanya menyorokkan sebiji bijiran sahaja." kata si tukang tilik.







"Aku ingin engkau terangkan lebih jelas." pinta Utbah.







"Bijiran itu adalah sebiji bijiran gandum yang ada dicelah-celah pelana kudamu. Betul tak?" kata si tukang tilik.







"Engkau betul." kata Utbah. Utbah sangat kagum akan kepandaian si tukang tilik itu, maka dia pun yakin dapat meneka keadaan Hindun dengan tepat.







"Nah sekarang, terangkan keadaan perempuan-perempuan itu." kata Utbah sambil menunjuk kepada perempuan-perempuan yang terdiri dari Banu Makhzum dan Bani Abdi Manaf itu. Tukang tilik bangkit dan menghampiri perempuan-perempuan yang duduk bersimpuh di situ lalu ditepuk bahunya satu-satu persatu sambil berkata: "Bangun..!" setiap kali menepuk bahu seorang di antara mereka. Apabila tiba giliran Hindun, tukang tilik menepuk bahunya sambil berkata: "Bangun...! Tidak buruk dan tidak penzina. Dia bakal melahirkan seorang raja yang bernama Muawiyah."







Al-Fakih yang menyaksikan demonstrasi ahli nujum itu sejak tadi, sangat gembira apabila mendengar tentang isterinya. Dia segera menghampiri Hindun lalu dipegang tangannya dengan mesra. Tapi, tiba-tiba Hindun menarik tangannya dari genggaman suaminya itu dengan kasar.







"Mengapa pula engkau ini?" tanya Fakih dengan terkejut.







"Berambuslah engkau dari sini. Demi Allah aku ingin anak itu lahir dengan seorang lelaki selain engkau." kata Hindun lalu pergi meninggalkan Fakih.







Seterusnya, Hindun pergi kepada ayahnya sambil berkata: "Wahai ayahku, sekarang akulah yang memiliki diriku sendiri. Oleh kerana itu, janganlah engkau kahwinkan aku dengan lelaki tanpa persetujuanku."







Fakih sangat menyesal kerana terlalu cemburu buta. Kemudian Hindun berkahwin dengan Abu Sufyan atas pilihannya sendiri. Pasangan itu melahirkan ramai anak yang seorang di antaranya bernama Muawiyah yang kemudian menjadi pengasa dan Raja Daulat Bani Umayyah yang pertama. Rupanya tindakan cemburu buta Fakih mengandungi hikmah besar bagi Abu Sufyan. Dia dapat isteri hebat dan menjadi ayah kepada orang besar.

Thursday, August 04, 2005

MENGHUKUM BAYANG-BAYANG

Seorang lelaki telah bermimpi menggauli seorang perempuan di dalam tidurnya sehingga junub. Dia merasa puas dan bangga walaupun hanya bermimpi. Kebetulan pula perempuan yang dimimpikan itu sudah punya anak lelaki yang sudah dewasa. Maka pergilah dia kepada anak lelaki itu dan memberitahukan mimpinya.







"Aku bermimpi telah berjunub bersama ibumu." kata lelaki yang bermimpi.







Anak lelaki itu marah-marah kerana merasa lelaki yang bermimpi itu telah mencabuli ibunya.







"Kalau begitu engkau telah berbuat jahat, engkau mesti dihukum." kata anak lelaki itu membela ibunya.







"Aku kan hanya bermimpi....."







Kedua-dua lelaki itu bertengkar yang berkepanjangan. Yang bermimpi mengatakan tidak bersalah, sedang anak kepada perempuan yang dimimpikan menganggapnya salah. Akhirnya merek membawa masaalahnya kepada Ali bin Abi Talib untuk mencari keadilan.







"Lelaki ini mengaku telah bermimpi menggauli ibuku."







"Betulkah itu?" tanya Ali.







"Betul." jawab lelaki yang bermimpi.







"Dia mesti dihukum kerana telah berbuat jahat."







"Aku hanya bermimpi..."







"Baiklah, engkau bawa lelaki yang bermimpi ini dan berdirikan di bawah sinar matahari. Kemudian kau pukullah bayang-bayangnya." kata Ali bin Abi Talib.

Monday, August 01, 2005

MUNGKINKAH ENGKAU MASIH HIDUP?

Salah seorang anak Umar bin Khattab telah diejek dan dibuli oleh teman-temannya kerana memakai baju yang bertampal-tampal dan buruk.







"Tidak ada gunanya mempunyai ayah menjadi kepala negara, bajunya tampal seribu," kata teman-teman anak Umar.







Kerana sudah tidak tahan dengan ejekan teman-temannya, anak Umar itu pun mengadu kepada ayahnya. Khalifah Umar sangat kasihan kepada anaknya yang mengadu itu, tapi beliau tidak dapat berbuat apa-apa. Maklumlah beliau tidak mempunyai simpanan apa-apa, sedang gajinya sebagai kepala negara hanya 1 dirham saja sehari dan ketika itu belum sampai masa gajian. Umar pergi ke Baitul Mal untuk meminjam sedikit wang dan berjanji akan membayarnya pada bulan depan apabila sudah menerima gaji.







"Bukan saya tidak mahu mengeluarkan wang Baitul Mal, tapi apakah Amirul Mukminin sudah yakin masih akan hidup sehingga bulan depan? Dan jika Amirul Mukminin mati sebelum sampai masa gajian yang akan datang, siapa yang akan membayarnya? kata petugas Baitul Mal.







Mendengar itu, menangislah Khalifah Umar bin Khattab sehingga air matanya menetes membasahi pipinya. Beliau tidak jadi untuk meminjam wang dan pulang dengan perasaan sedih sambil mengenang kematian.

AL KISAH

KISAH UNTA MEMATAHKAN RANCANGAN ABU JAHAL UNTUK MEMBUNUH RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM

Setelah pelbagai usaha oleh kaum Quraisy untuk menyekat dan menghapuskan penyebaran agama Islam menemui kegagalan, maka Abu Jahal semakin benci terhadap Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Kebencian Abu Jahal ini tidak ada tolok bandingnya, malah melebihi kebencian Abu Lahab terhadap Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Melihatkan agama Islam semakin tersebar, Abu Jahal pun berkata kepada kaum Quraisy di dalam suatu perhimpunan, "Hai kaumku! Janganlah sekali-kali membiarkan Muhammad menyebarkan ajaran barunya dengan sesuka hatinya. Ini adalah kerana dia telah menghina agama nenek moyang kita, dia mencela tuhan yang kita sembah. Demi Tuhan, aku berjanji kepada kamu sekalian, bahwa esok aku akan membawa batu ke Masjidil Haram untuk dibalingkan ke kepala Muhammad ketika dia sujud. Selepas itu, terserahlah kepada kamu semua samada mahu menyerahkan aku kepada keluarganya atau kamu membela aku dari ancaman kaum kerabatnya. Biarlah orang-orang Bani Hasyim bertindak apa yang mereka sukai."

Tatkala mendengar jaminan daripada Abu Jahal, maka orang ramai yang menghadiri perhimpunan itu berkata secara serentak kepadanya, "Demi Tuhan, kami tidak akan sekali-kali menyerahkan engkau kepada keluarga Muhammad. Teruskan niatmu."

Orang ramai yang menghadiri perhimpunan itu merasa bangga mendengar kata-kata yang diucapkan oleh Abu Jahal bahwa dia akan menghapuskan Muhammad kerana jika Abu Jahal berjaya menghapuskan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam bererti akan terhapuslah segala keresahan dan kesusahan mereka selama ini yang disebabkan oleh kegiatan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menyebarkan agama Islam di kalangan mereka.

Dalam pada itu, terdapat juga para hadirin di situ telah mengira-ngira perbelanjaan untuk mengadakan pesta sekiranya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam berjaya dihapuskan. Pada pandangan mereka adalah mudah untuk membunuh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam yang dikasihi oleh Tuhan Yang Maha Esa serta sekalian penghuni langit. Padahal Allah tidak akan sekali-kali membiarkan kekasih-Nya diancam dan diperlakukan seperti binatang.

Dengan perasaan bangga, keesokan harinya di sebelah pagi, Abu Jahal pun terus pergi ke Kaabah iaitu tempat biasa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam bersembahyang. Dengan langkahnya seperti seorang satria, dia berjalan dengan membawa seketul batu besar di tangan sambil diiringi oleh beberapa orang Quraisy yang rapat dengannya. Tujuan dia mengajak kawan-kawannya ialah untuk menyaksikan bagaimana nanti dia akan menghempapkan batu itu di atas kepala Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Sepanjang perjalanan itu dia membayangkan bagaimana keadaan Nabi Muhammad nanti setelah kepalanya dihentak oleh batu itu. Dia tersenyum sendirian apabila membayangkan kepala Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam pecah dan tidak bergerak lagi. Dan juga membayangkan bagaimana kaum Quraisy akanmenyambutnya sebagai pahlawan yang telah berjaya membunuh musuh nombor satu mereka.

Sebaik saja Abu Jahal tiba di perkarangan Masjidil Haram, dilihatnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam baru saja sampai dan hendak mengerjakan sembahyang. Dalam pada itu, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak menyedari akan kehadiran Abu Jahal dan kawan-kawannya di situ. Baginda tidak pernah terfikir apa yang hendak dilakukan oleh Abu Jahal terhadap dirinya pada hari itu.

Sebaik-baik saja Abu Jahal melihat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah mula bersembahyang, dia berjalan perlahan-lahan dari arah belakang menuju ke arah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Abu Jahal melangkah dengan berhati-hati, setiap pergerakannya dijaga, takut disadari oleh baginda.

Dari jauh kawan-kawan Abu Jahal memerhatikan dengan perasaan cemas bercampur gembira. Dalam hati mereka berkata, "Kali ini akan musnahlah engkau hai Muhammad."

Sebaik saja Abu Jahal hendak menghampiri Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam dan menghayun batu yang dipegangnya itu, tiba-tiba secepat kilat dia berundur ke belakang. Batu yang dipegangnya juga jatuh ke tanah. Mukanya yang tadi merah kini menjadi pucat lesi seolah-olah tiada berdarah lagi. Rakan-rakannya yang amat ghairah untuk melihat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam terbunuh, tercengang dan saling berpandangan.

Kaki Abu Jahal seolah-olah terpaku ke bumi. Dia tidak dapat melangkahkan kaki walaupun setapak. Melihatkan keadaan itu, rakan-rakannya segera menarik Abu Jahal dari situ sebelum disadari oleh baginda. Abu Jahal masih terpinga-pinga dengan kejadian yang dialaminya.
Sebaik saja dia sedar dari kejutan peristiwa tadi, rakan-rakannya tidak sabar untuk mengetahui apakah sebenarnya yang telah berlaku. Kawannya bertanya, "Apakah sebenarnya yang terjadi kepada engkau, Abu Jahal? Mengapa engkau tidak menghempapkan batu itu ke kepala Muhammad ketika dia sedang sujud tadi?"

Akan tetapi Abu Jahal tetap membisu, rakan-rakannya semakin keheranan. Abu Jahal yang mereka kenali selama ini seorang yang lantang berpidato dan menyumpah seranah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, tiba-tiba saja diam membisu.

Dalam pada itu, Abu Jahal masih terbayang-bayang akan kejadian yang baru menimpanya tadi. Dia seolah-olah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, malah dia sendiri tidak menyangka perkara yang sama akan berulang menimpa dirinya.

Perkara yang sama pernah menimpa Abu Jahal sewaktu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pergi ke rumah Abu Jahal apabila seorang Nasrani mengadu kepada baginda bahwa Abu Jahal telah merampas hartanya. Pada masa itu Abu Jahal tidak berani berkata apa-apa pada baginda apabila dia terpandang dua ekor harimau menjadi pengawal peribadi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Kemudian setelah habis mereka menghujani Abu Jahal dengan pelbagai soalan, maka Abu Jahal pun mula bersuara, "Wahai sahabatku! Untuk pengetahuan kamu semua, sebaik saja aku menghampiri Muhammad hendak menghempapkan batu itu ke kepalanya, tiba-tiba muncul seekor unta yang besar hendak menendang aku. Aku amat terkejut kerana belum pernah melihat unta yang sebegitu besar seumur hidupku. Sekiranya aku teruskan niatku, nescaya akan matilah aku ditendang oleh unta itu, sebab itulah aku berundur dan membatalkan niatku."
Rakan-rakan Abu Jahal berasa amat kecewa mendengar penjelasan itu, mereka tidak menyangka orang yang selama ini gagah dan beria-ia hendak membunuh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam hanya tinggal kata-kata saja. Orang yang selama ini diharapkan boleh menghapuskan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam dan pengaruhnya hanya berupaya bercakap seperti tin kosong saja.

Setelah mendengar penjelasan dari Abu Jahal yang tidak memuaskan hati itu, maka mereka pun berkata kepada Abu Jahal dengan perasaan keheranan, "Ya Abu Jahal, semasa kau menghampiri Muhammad tadi, kami memerhatikan engkau dari jauh tetapi kai tidak napak akan unta yang engkau katakan itu. Malah bayangnya pun kami tidak nampak."

Rakan-rakan Abu Jahal mula sangsi dengan segala keterangan yang diberikan oleh Abu Jahal. Mereka menyangka Abu Jahal sentiasa mereka-reka cerita yang karut itu, mereka mula hilang kepercayaan terhadapnya. Akhirnya segala kata-kata Abu Jahal mereka tidak berapa endahkan lagi.

KISAH LUQMAN AL-HAKIM DENGAN TELATAH MANUSIA

Dalam sebuah riwayat menceritakan, pada suatu hari Luqman Hakim telah masuk ke dalam pasar dengan menaiki seekor himar, manakala anaknya mengikut dari belakang. Melihat tingkah laku Luqman itu, setengah orang pun berkata, 'Lihat itu orang tua yang tidak bertimbang rasa, sedangkan anaknya dibiarkan berjalan kaki."

Setelah mendengarkan desas-desus dari orang ramai maka Luqman pun turun dari himarnya itu lalu diletakkan anaknya di atas himar itu. Melihat yang demikian, maka orang di passar itu berkata pula, "Lihat orang tuanya berjalan kaki sedangkan anaknya sedap menaiki himar itu, sungguh kurang adab anak itu."

Sebaik saja mendengar kata-kata itu, Luqman pun terus naik ke atas belakang himar itu bersama-sama dengan anaknya. Kemudian orang ramai pula berkata lagi, "Lihat itu dua orang menaiki seekor himar, adalah sungguh menyiksakan himar itu."

Oleh kerana tidak suka mendengar percakapan orang, maka Luqman dan anaknya turun dari himar itu, kemudian terdengar lagi suara orang berkata, "Dua orang berjalan kaki, sedangkan himar itu tidak dikenderai."

Dalam perjalanan mereka kedua beranak itu pulang ke rumah, Luqman Hakim telah menasihatai anaknya tentang sikap manusia dan telatah mereka, katanya, "Sesungguhnya tiada terlepas seseorang itu dari percakapan manusia. Maka orang yang berakal tiadalah dia mengambil pertimbangan melainkan kepada Allah S.W.T saja. Barang siapa mengenal kebenaran, itulah yang menjadi pertimbangannya dalam tiap-tiap satu."

Kemudian Luqman Hakim berpesan kepada anaknya, katanya, "Wahai anakku, tuntutlah rezeki yang halal supaya kamu tidak menjadi fakir. Sesungguhnya tiadalah orang fakir itu melainkan tertimpa kepadanya tiga perkara, iaitu tipis keyakinannya (iman) tentang agamanya, lemah akalnya (mudah tertipu dan diperdayai orang) dan hilang kemuliaan hatinya (keperibadiannya), dan lebih celaka lagi daripada tiga perkara itu ialah orang-orang yang suka merendah-rendahkan dan meringan-ringankannya."

KISAH PEMUDA YANG BERNAMA 'UZAIR

Pada suatu hari ketika 'Uzair memasuki kebunnya yang menghijau dengan pokok-pokok tamar dan tiba-tiba hatinya telah terpesona serta tertarik untuk memikirkan rahsia keindahan dan keajaiban alam ini. Sesudah memetik buah-buahan dia pulang dengan keldainya sambil menikmati keindahan-keindahan alam sekitarnya sehingga keldai yang ditungganginya tersesat jalan. Setelah sekian lama barulah dia sedar bahwa dia telah berada di suatu daerah yang tidak dikenali oleh beliau serta sudah jauh dari negerinya sendiri.

Sebaik saja dia sampai ke daerah itu dilihatnya kampung itu baru saja diserbu oleh musuh-musuh sehingga menjadi rosak-binasa sama sekali. Di tapak atau bekas runtuhan terdapat mayat-mayat manusia yang bergelimpangan yang sudah busuk serta hancur. Melihatkan pemandangan yang mengerikan itu, dia pun turun dari keldainya dengan membawa dua keranjang buah-buahan. Manakala keldainya itu ditambat di situ, kemudian dia pun duduk bersandar pada dinding sebuah rumah yang sudah runtuh bagi melepaskan penatnya. Dalam pada itu, fikirannya mula memikirkan mayat manusia yang sudah busuk itu.

"Bagaimana orang-orang yang sudah mati dan hancur itu akan dihidupkan oleh Tuhan kembali di negeri akhirat?" begitulah pertanyaan yang datang bertalu-talu da tidak terjawab olehnya sehingga dia menjadi lemah-longlai dan kemudian terus tertidur. Dalam tidur itu, dia seakan-akan bertemu dengan semua arwah (roh-roh) orang-orang yang sudah meninggal itu. Tidurnya amat luar biasa sekali, bukan hanya sejam atau semalam, tetapi dia telah tidur terus-menerus tanpa bangun-bangun selama seratus tahun lamanya.

Dalam masa dia tertidur itu, keadaan di sekitarnya sudah ramai lapisan baru, rumah serta bangunan-bangunan banyak yang telah didirikan. Dalam masa seratus tahun itu, segala-galanya sudah berubah, manakal 'Uzair tetap terus tidur tersandar di dinding buruk itu menjadi jasad (tubuh) yang tidak bernyawa lagi. Dagingnya sudah hancur dan tulang belulangnya sudah hancur lebur berderai. Kemudian jasad 'Uzair yang telah mati, daging dan tulangnya yang sudah hancur itu disusun kembali oleh Allah pada bahagiannya masing-masing lalu ditiupkan ruhnya. Dan ketika itu juga 'Uzair hidup kembali seperti dahulu. 'Uzair terus berdiri seperti orang yang bangun dari tidur lantas dia mencari keldai dan buah-buahannya di dalam keranjang dahulu.

Tidak berapa lama kemudian, turunlah beberapa malaikat seraya bertanya, "Tahukah engkau ya 'Uzair berapa lama engkau tidur?" Tanpa berfikir panjang 'Uzair menjawab, "Saya tertidur sehari dua ataupun setengah hari." Lalu malaikat pun berkata kepadanya, "Bahwa engkau terdampar di sini genap seratus tahun lamanya. Disinilah engkau berbaring, berhujan dan berpanas matahari, kadang-kadang ditiup badai dan berhawa sejuk dan juga panas terik. Dalam masa yang begitu panjang, makanan engkau tetap baik keadaannya. Tetapi cuba lihat keadaan keldai itu, dia sendiri pun sudah hancur dan dagingnya sudah busuk."

Berkata malaikat lagi, "Lihatlah dan perhatikanlah sungguh-sungguh. Demikianlah kekuasaan Allah. Allah dapat menghidupkan kembali orang yang sudah mati dan mengembalikan jasad-jasad yang sudah hancur lebur dan dengan semudah itu pulalah Tuhan akan membangkitkan semua manusia yang sudah mati itu nanti di akhirat untuk diperiksa dan diadili segala perbuatannya. Hal ini diperlihatkan oleh Tuhan kepada engkau supaya iman engkau tetap dan engkau sendiri dapat menjadi bukti kepada manusia-manusia lain supaya engkau dan manusia-manusia lain tiada syak dan ragu-ragu lagi tentang apa yang diterangkan Tuhan tentang akhirat itu."

Setelah 'Uzair melihat makanan dan keldainya yang sudah hancur itu, maka 'Uzair pun berkata, "Sekarang tahulah saya bahwa Allah itu adalah berkuasa ke atas tiap-tiap sesuatu." Tiba-tiba keldai yang sudah hancur berderai itu dilihatnya mulai dikumpulkan daging dan tulangnya. Dan akhirnya menjadi seperti sediakala iaitu hidup kembali bergerak-gerak dan berdiri sebagaimana sebelum mati. Maka 'Uzair pun berkata, "Sekarang tahulah saya bahwa Allah berkuasa di atas segala-galanya." Lalu dia pun terus mengambil keldainya dahulu dan terus menunggangnya pulang ke rumahnya dahulu dengan mencari-cari jalan yang sukar untuk dikenali. Dilihatnya segala-gala telah berubah. Dia cuba mengingati apa yang pernah dilihatnya seratus tahun dahulu. Setelah menempuhi berbagai kesukaran, akhirnya dia pun sampai ke rumahnya. Sebaik saja dia sampai di situ, dia mendapati rumahnya sudah pun buruk di mana segala dinding rumahnya telah habis runtuh. Semasa dia memandang keadaan sekeliling rumahnya, dia ternampak seorang perempuan tua, lantas dia pun bertanya, "Inikah rumah tuan 'Uzair?"

"Ya," jawab perempuan itu. "Inilah rumah 'Uzair dahulu, tetapi 'Uzair telah lama pergi dan tiada didengar berita tentangnya lagi sehingga semua orang pun lupa padanya dan saya sendiri tidak pernah menyebut namanya selain kali ini saja." Kata perempuan itu sambil menitiskan airmata.

'Sayalah 'Uzair," jawab 'Uzair dengan pantas. "Saya telah dimatikan oleh Tuhan seratus tahun dahulu dan sekrang saya sudah dihidupkan oleh Allah kembali." Perempuan tua itu terkejut seakan-akan tidak percaya, lalu dia pun berkata, "'Uzair itu adalah seorang yang paling soleh, doanya selalu dimakbulkan oleh Tuhan dan telah banyak jasanya di dalam menyembuhkan orang yang sakit tenat." Sambunya lagi, "Saya ini adalah hambanya sendiri, badan saya telah tua dan lemah, mata saya telah pun buta kerana selalu menangis terkenangkan 'Uzair. Kalaulah tuan ini 'Uzair maka cubalah tuan doakan kepada Tuhan suaya mata saya terang kembali dan dapat melihat tuan."

"Uzair pun mendaha kedua belah tangannya ke langit lalu berdoa ke hadrat Tuhan. Tiba-tiba mata orang rua itupun terbuka dan dapat melihat dengan lebih terang lagi. Tubuhnya yang tua dan lemah itu kembali kuat seakan-akan kembali muda. Setelah merenung wajah 'Uzair dia pun berkata, "Benar, tuanlah 'Uzair. Saya masih ingat." Hambanya itu terus mencium tangan 'Uzair lalu keduanya pergi mendapatkan orang ramai, bangsa Israil. 'Uzair memperkenalkan dirinya bahwa dialah 'Uzair yang pernah hidup di kampung itu lebih seratus tahun yang lalu.

Berita itu bukan saja mengejutkan bangsa Israil, tetapi ada juga meragukan dan ada yang tidak percaya kepadanya. Walau bagaimanapun berita itu menarik perhatian semua orang yang hidup ketika itu. Kerana itu mereka ingin menguji kebenaran 'Uzair. Kemudian datanglah anak kandungnya sendiri seraya bertanya, "Saya masih ingat bahwa bapa saya mempunyai tanda di punggungnya. Cubalah periksa tanda itu. Kalau ada benarlah dia 'Uzair." Tanda itu memang ada pada 'Uzair, lalu percayalah sebahagian daripada mereka. Akan tetapi sebahagian lagi mahukan bukti yang lebih nyata, maka mereka berkata kepada 'Uzair, "Bahwa sejak penyerbuan Nebukadnezar ke atas bangsa dan negara Israil dan setelah tentera tersebut membakar kitab suci Taurat, maka tiadalah seorang pun bani Israil yang hafal isi Taurat kecuali 'Uzair saja. Kalau benarlah tuan Uzair, cubalah tuan sebutkan isi Taurat yang betul."

'Uzair pun membaca isi Taurat itu satu persatu dengan fasih dan lancar serta tidak salah walaupun sedikit. Mendengarkan itu barulah mereka percaya bahwa sungguh benar itulah 'Uzair. Ketika itu, semua bangsa Israil punpercaya bahwa dialah 'Uzair yang telah mati dan dihidupkan semual oleh Tuhan. Banyak di antara mereka yang bersalam dan mencium tangan 'Uzair serta meminta nasihat dan panduan daripadanya. Tetapi sebahagian daripada kaum Yahudi yang bodoh menganggap 'Uzair sebagai anak Tuhan pula. Maha Suci Allah tidak mempunyai anak samada 'Uzair mahupun Isa kerana semua makhluk adalah kepunyaan-Nya belaka. Janganlah kita was-was tentang kekuasaan Allah, maka hendaklah dia fikir siapakah yang menciptakan dirinya itu. Adalah mustahil sesuatu benda itu terjadi dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan. Kalau masih ada orang yang ragu-ragu tentang kekuasaan Allah, ubatnya hanya satu saja, hendaklah dia membaca dan memahami al-Qur'an, was-was terhadap kekuasaan Allah itu hanya datangnya dari syaitan.

Allah S.W.T telah meletakkan komputer dalam kepala kita untuk berfikir, oleh itu gunakanlah akal kita untuk berfikir.

HIKMAH MENINGGALKAN CAKAP BOHONG

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Luqman Hakim, menceritakan pada suatu hari ada seorang telah datang berjumpa dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kerana hendak memeluk agama Islam. Sesudah mengucapkan dua kalimah syahadat, lelaki itu lalu berkata :

"Ya Rasulullah. Sebenarnya hamba ini selalu saja berbuat dosa dan payah hendak meninggalkannya."

Maka Rasulullah menjawab : "Mahukah engkau berjanji bahwa engkau sanggup meninggalkan bercakap bohong?"

"Ya, saya berjanji" jawab lelaki itu singkat. Selepas itu, dia pun pulanglah ke rumahnya.
Menurut riwayat, sebelum lelaki itu memeluk agama Islam, dia sangat terkenal sebagai seorang yang jahat. Kegemarannya hanyalah mencuri, berjudi dan meminum minuman keras. Maka setelah dia memeluk agama Islam, dia sedaya upaya untuk meninggalkan segala keburukan itu. Sebab itulah dia meminta nasihat dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Dalam perjalanan pulang dari menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, lelaki itu berkata di dalam hatinya :

"Berat juga aku hendak meninggalkan apa yang dikehendaki oleh Rasulullah itu."
Maka setiap kali hatinya terdorong untk berbuat jahat, hati kecilnya terus mengejek.

"Berani engkau berbuat jahat. Apakah jawapan kamu nanti apabila ditanya oleh Rasulullah.

Sanggupkah engkau berbohong kepadanya" bisik hati kecil. Setiap kali dia berniat hendak berbuat jahat, maka dia teringat segala pesan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan setiap kali pulalah hatinya berkata :

"Kalau aku berbohong kepada Rasulullah bererti aku telah mengkhianati janjiku padanya. Sebaliknya jika aku bercakap benar bererti aku akan menerima hukuman sebagai orang Islam. Oh Tuhan....sesungguhnya di dalam pesanan Rasulullah itu terkandung sebuah hikmah yang sangat berharga."

Setelah dia berjuang dengan hawa nafsunya itu, akhirnya lelaki itu berjaya di dalam perjuangannya menentang kehendak nalurinya. Menurut hadis itu lagi, sejak dari hari itu bermula babak baru dalam hidupnya. Dia telah berhijrah dari kejahatan kepada kemuliaan hidup seperti yang digariskan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Hingga ke akhirnya dia telah berubah menjadi mukmin yang soleh dan mulia.

Jumaat, April 10, 2009

ISTERI-ISTERI RASULULLAH SAW

1. Khadijah binti Khuwailid

Sayyidatina Khadijah adalah seorang perempuan bangsawan Quraisy dan seorang hartawan. Ketika berkahwin dengan Rasulullah SAW, dia berusia 40 tahun dan Baginda ketika itu berusia 25 tahun. Selama bersama Khadijah, Rasulullah SAW tidak pernah berkahwin dengan perempuan lain sehinggalah Khadijah meninggal dunia ketika berusia 65 tahun pada tahun ke 10 kerasulan.

Banyak kisah memaparkan bahawa sewaktu nabi Muhammad s.a.w. bernikah dengan Khadijah, umur Khadijah berusia 40 tahun sedangkan nabi Muhammad s.a.w. hanya berumur 25 tahun. Tetapi menurut Ibnu Kathir, seorang tokoh dalam bidang tafsir, hadis dan sejarah, mereka berkahwin dalam usia yang sebaya. Nabi Muhammad s.a.w. bersama dengannya sebagai suami isteri selama 25 tahun iaitu 15 tahun sebelum bithah dan 10 tahun selepasnya iaitu sehingga wafatnya Khadijah, kira-kira 3 tahun sebelum hijrah. Khadijah wafat semasa beliau berusia 50 tahun.

Beliau merupakan isteri nabi Muhammad s.a.w. yang tidak pernah dimadukan kerana kesemua isterinya yang dimadukan adalah berlaku selepas daripada wafatnya Khadijah. Di samping itu, kesemua anak baginda kecuali Ibrahim adalah kandungannya.

Mas kahwin daripada nabi Muhammad s.a.w. sebanyak 20 bakrah dan upacara perkahwinan diadakan oleh ayahnya Khuwailid. Riwayat lain menyatakan, upacara itu dilakukan oleh saudaranya Amr bin Khuwailid.


Anak-anak Rasulullah bersama Khadijah ada 6
1.Al-Qasim bin Muhammad
2.Abdullah bin Muhammad
3.Ibrahim bin Muhammad (Puteranya dari isteri bernama Mariah Qibtiyyah )
4.Zainab binti Muhammad
5.Ruqaiyah binti Muhammad
6.Ummu Kalthum binti Muhammad
7 Fatimah binti Muhammad


Diriwayatkan bahawa anak perempuan Nabi Muhammad SAW iaitu Fatimah Az-Zaharah telah berkahwin dengan Khalifah Saidina Ali bin Abi Talib.

Keterangan Lebih Lanjut

PUTERA:
Abdullah bin Muhammad
Putra beliau dari Khadijah, meninggal ketika masih kecil.

Ibrahim bin Muhammad (wafat 10 H)
Putra Nabi dari Mariah Qibtiah. Dia hanya hidup selama 18 bulan. Nabi menyaksikan ketika dia menghembuskan nafas yang terakhir sambil meneteskan air mata, beliau berkata “mata boleh meneteskan air, hati boleh bersedih, tapi kita tidak boleh mengucapkan kalimat yang tidak diridai Allah”.
Qasim bin Muhammad

Putra beliau dari Khadijah yang meninggal ketika masih kecil.

PUTERI:
Fatimah binti Muhammad (wafat 11 H)
Putri bungsu Rasulullah SAW dari Khadijah yang paling disayangi oleh Rasulullah SAW. Dia tergolong wanita Quraisy yang genius dan pintar bicara. Dia menikah dengan Ali bin Abu Thalib. Dari perkawinan ini lahirlah Hasan, Husain, Ummi Kultsum dan Zainab. Dia meninggal 6 bulan setelah wafatnya Rasulullah. Dan dari Fatimah Az-Zahro¡¦ini lahirlah dzuriyah Rasul sampai sekarang, yang di masyarakat lazim dijuluki Sayid, Habib ataupun Syarief.

Ruqaiah binti Muhammad (wafat 2 H)
Putri Rasulullah SAW. dari Khadijah yang dipersunting oleh Utbah bin Abu Lahab sewaktu Jahiliah. Setelah munculnya Islam dan turunnya ayat yang berarti “Celakalah kedua tangan Abu Lahab dan dia juga akan celaka” (S. Al-Masad ayat 1)dia langsung dicerai oleh suaminya atas perintah Abu Lahab. Dia memeluk Islam bersama ibunya. Kemudian dia dinikahi oleh Usman bin Affan dan ikut bersama suaminya hijrah ke Abessina (habasyah ), kemudian mereka kembali dan menetap di Madinah seterusnya meninggal di kota itu pula.

Ummi Kultsum binti Muhammad (wafat 9 H/639 M)
Putri Rasulullah dari Khadijah yang dipersunting oleh Utaibah bin Abu Lahab pada masa Jahiliah. Setelah turunnya ayat yang artinya: “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia juga akan binasa.” (S. Al-Masad ayat 1) ia dicerai oleh Utaibah atas perintah Abu Lahab. Sepeninggal kakaknya, Ruqaiyah, istri pertama Usman dia dinikahi oleh Usman bin Affan. Dia ikut berhijrah ke Madinah.

Zainab binti Muhammad (wafat 8 H.)
Putri sulung Rasulullah yang dipersunting oleh Abul Ash bin Rabi’. Dia memeluk agama Islam dan ikut hijrah ke Madinah, sementara suaminya bertahan dalam agamanya di Mekah sampai dia tertawan dalam perang Badar. Di saat itu, Rasulullah meminta kepadanya untuk menceraikan Zainab, lalu diceraikannya. Setelah dia masuk Islam, Rasulullah SAW. mengawinkan mereka kembali.
2. Saudah binti Zam’ah

Sayyidatina Saudah adalah salah seorang perempuan yang terawal yang memeluk Islam. Beliau dan suaminya termasuk dalam rombongan yang diperintahkan Rasulullah SAW berhijrah ke Habsyah. Suaminya Sakram bin 'Amir meninggal dunia sekembalinya mereka dari Habsyah. Bagi melindungi dan menolongnya daripada penderitaan dan fitnah.

Saudah adalah seorang janda tua. Suami pertamanya ialah al-Sakran bin Amr. Saudah dan suaminya al-Sakran adalah di antara mereka yang pernah berhijrah ke Habsyah. Apabila suaminya meninggal dunia setelah pulang dari Habsyah, maka nabi Muhammad s.a.w. telah mengambilnya menjadi isteri untuk memberi perlindungan kepadanya dan memberi penilaian yang tinggi kepada suaminya.

Acara perkahwinan dilakukan oleh Salit bin Amr. Riwayat lain menyatakan upacara dilakukan oleh Abu Hatib bin Amr. Mas kahwinnya ialah 400 dirham.

3. 'Aisyah binti Abu Bakar

Pertunangan Rasulullah SAW dengan Sayyidatina 'Aisyah berlangsung di Makkah setelah sebulan dari perkahwinan Baginda dengan Sayyidatina Saudah dan perkahwinannya pula berlangsung pada tahun pertama Hijrah.

Pada hakikatnya perkahwinan ini adalah atas keinginan ayahanda Sayyidatina 'Aisyah iaitu Abu Bakar, selain untuk memenuhi harapan Rasulullah SAW yang menginginkan adanya seorang wanita yang dapat menyampaikan ajaran-ajaran Baginda. Kenyataannya Sayyidatina 'Aisyah memang seorang yang cepat dan cerdas dalam memahami ajaran-ajaran Rasulullah SAW dan pandai serta ahli tentang hukum-hukum Islam.


4. Hafsah binti Umar

Sayyidatina Hafsah adalah puteri ‘Umar bin Khattab r.a dan juga bekas isteri salah seorang sahabat yang syahid dalam perang Badar. Sebelum berkahwin dengan Rasulullah SAW, 'Umar pernah menawarkan puterinya itu kepada Abu Bakar r.a dan 'Uthman bin Affan r.a, namun kedua-dua mereka menolak. Maka untuk menggembirakan hati 'Umar, Rasulullah SAW mengahwininya.


5. Zainab binti Khuzaimah

Sejak zaman jahiliah, Zainab terkenal sebagai seorang perempuan yang penyayang, pemurah dan budiman terutama kepada orang-orang miskin sehingga dia mendapat nama julukan "Ummul Masaakin" (ibu orang-orang miskin).

Sayyidatina Zainab adalah isteri Baginda yang keempat sesudah Saudah. Beliau wafat selang beberapa bulan sesudah perkahwinannya dengan Rasulullah SAW.


6. Hindun binti Abi Umaijah

Beliau juga digelar Ummu Salamah kerana mempunyai anak yang bernama Salamah hasil perkahwinannya dengan sahabat 'Abdullah bin 'Abdul Asad yang syahid ketika memimpin suatu petempuran.

Menurut sesetengah riwayat pada waktu Rasulullah SAW melamar Ummu Salamah, beliau menjawab, "Aku ini seorang perempuan yang sudah tua, menjadi ibu kepada anak-anak yatim dan saya sangat cemburu". Kata-kata itu disambut oleh Rasulullah SAW dengan menjawab, "Tentang perkataanmu : aku ini seorang perempuan yang sudah tua, aku jawab : aku lebih tua daripada kamu dan tidak akan tercela seorang yang kahwin dengan seorang laki-laki yang lebih tua daripadanya. Tentang perkataanmu : aku ini menjadi ibu anak-anak yatim, aku jawab : anak-anak yatim itu tanggungan Allah dan RasulNya. Tentang perkataanmu : aku ini seorang perempuan yang sangat cemburu, aku jawab : aku doakan kepada Allah mudah-mudahan Dia melenyapkan sifat yang demikian daripadamu".

7. Zainab binti Jahsy

Zainab adalah bekas isteri Zaid bin Harithah (bekas budak dan merupakan anak angkat Rasulullah SAW). Zaid menceraikan Zainab kerana tidak tahan dengan sikapnya yang sering membanggakan keturunan dan sering merendahkan darjat suaminya.

Perkahwinan Rasulullah SAW dengan Zainab menghapuskan adat kebiasaan bangsa 'Arab yang menyamakan anak angkat dengan anak sendiri dari segi hak keturunan, hak warisan dan sebagainya. Perkahwinan ini berlangsung pada bulan Zulkaedah tahun ke 5 Hijrah.

8. Juwairiyah binti Harith

Beliau adalah salah seorang dari tawanan perang tentera muslimin dengan Bani Musthaliq, puteri kepada Harith bin Dhirar, ketua suku tersebut. Dia mendapatkan Rasulullah SAW untuk meminta pertolongan agar diperkenankan membayar tebusan untuk dirinya agar dimerdekakan. Baginda bersedia membayar tebusan dan mengahwininya.

Apabila beliau memeluk Islam dan berkahwin dengan Rasulullah SAW, lebih kurang 100 orang tawanan Bani Musthaliq dibebaskan oleh kaum muslimin kerana tidak mahu memperhambakan orang yang mempunyai tali perkahwinan dengan Baginda. Akhirnya mereka yang dibebaskan ini memeluk Islam. 'Aisyah pernah berkata, "Saya belum pernah mengetahui seorang perempuan yang banyak berkat kebaikannya kepada kaumnya lebih dari Juwairiyah".

9. Safiyyah binti Hujaj

Safiyyah adalah anak ketua Yahudi Bani Nadhir, Hujaj bin Akhtab. Beliau turut menjadi salah seorang tawanan dalam penaklukan Kota Khaibar. Suaminya terbunuh dalam peristiwa penaklukan itu. Safiyyah diserahkan kepada Rasulullah SAW, memandangkan dia adalah seorang puteri dari ketua Bani Nadhir. Dia dimerdekakan dan dikahwini oleh Baginda. Perkahwinan ini berlaku ketika tentera muslimin masih berada di Khaibar.

10. Ramlah binti Abu Sufian

Beliau adalah puteri Abu Sufian bin Harb dan isteri Abdullah bin Jahsy, pernah berhijrah ke Habsyah bersama suaminya. Sampai di sana suaminya masuk agama Nasrani dan dia diceraikan. Memandangkan orang tuanya yang masih musyrik dan suaminya yang telah bertukar agama, Rasulullah SAW mengirimkan seorang utusan kepada Raja Najasyi meminta dia meminang Ramlah bagi pihak Baginda. Raja Najasyi sendiri memberikan maskahwinnya. Perkahwinan ini berlaku pada tahun ke 6 Hijrah, ketika itu usia Ramlah lebih kurang 30 tahun. Setelah itu Raja Najasyi mengirimkan Ramlah mengadap Rasulullah SAW di Madinah pada tahun ke 7 hijrah. Dia wafat pada tahun ke 42 Hijrah ketika berusia lebih kurang 60 tahun.

11. Maimunah binti Al-Harits

Sebelum berkahwin dengan Rasulullah SAW, beliau bernama Barrah. Baginda mengahwininya ketika Baginda baru saja selesai mengerjakan "Umrah al Qadha" di Mekah. Perkahwinan dengan Maimunah adalah perkahwinan Rasulullah SAW yang terakhir. Dia wafat pada tahun ke 63 hijrah dalam usia lebih kurang 80 tahun.

MUTIARA HADIS

Dari Sayyidina Khalid bin Al-Walid Radiallahu'anhu telah berkata : Telah datang seorang arab desa kepada Rasulullah S.A.W yang mana dia menyatakan tujuannya : Wahai Rasulullah! sesungguhnya kedatanganku ini adalah untuk bertanya kepada engkau mengenai apa yang akan menyempurnakan diriku di dunia dan akhirat. Maka baginda S.A.W telah berkata kepadanya Tanyalah apa yang engkau kehendaki :

Dia berkata : Aku mau menjadi orang yang alim
Baginda S.A.W menjawab : Takutlah kepada Allah maka engkau akan jadi orang yang alim
Dia berkata : Aku mau menjadi orang paling kaya
Baginda S.A.W menjawab : Jadilah orang yang yakin pada diri engkau maka engkau akan jadi orang paling kaya
Dia berkata : Aku mau menjadi orang yang adil
Baginda S.A.W menjawab : Kasihanilah manusia yang lain sebagaimana engkau kasih pada diri sendiri maka jadilah engkau seadil-adil manusia
Dia berkata : Aku mau menjadi orang yang paling baik
Baginda S.A.W menjawab: Jadilah orang yang berguna kepada masyarakat maka engkau akan jadi sebaik-baik manusia
Dia berkata : Aku mau menjadi orang yang istimewa di sisi Allah
Baginda S.A.W menjawab : Banyakkan zikrullah nescaya engkau akan jadi orang istimewa di sisi Allah
Dia berkata : Aku mau disempurnakan imanku
Baginda S.A.W menjawab : Perelokkan akhlakmu nescaya imanmu akan sempurna
Dia berkata : Aku mau termasuk dalam golongan orang yang muhsinin (baik)
Baginda S.A.W menjawab : Beribadatlah kepada Allah seolah-olah engkau melihatNya dan jika engkau tidak merasa begitu sekurangnya engkau yakin Dia tetap melihat engkau maka dengan cara ini engkau akan termasuk golongan muhsinin
Dia berkata : Aku mau termasuk dalam golongan mereka yang taat
Baginda S.A.W menjawab : Tunaikan segala kewajipan yang difardhukan maka engkau akan termasuk dalam golongan mereka yang taat
Dia berkata : Aku mau berjumpa Allah dalan keadaan bersih daripada dosa
Baginda S.A.W menjawab : Bersihkan dirimu daripada najis dosa nescaya engkau akan menemui Allah dalam keadaan suci daripada dosa
Dia berkata : Aku mau dihimpun pada hari qiamat di bawah cahaya

Baginda S.A.W menjawab : Jangan menzalimi seseorang maka engkau akan dihitung pada hari qiamat di bawah cahaya

Dia berkata : Aku mau dikasihi oleh Allah pada hari qiamat
Baginda S.A.W menjawab : Kasihanilah dirimu dan kasihanilah orang lain nescaya Allah akan mengasihanimu pada hari qiamat

Dia berkata : Aku mau dihapuskan segala dosaku
Baginda S.A.W menjawab : Banyakkan beristighfar nescaya akan dihapuskan( kurangkan ) segala dosamu

Dia berkata : Aku mau menjadi semulia-mulia manusia
Baginda S.A.W menjawab : Jangan mengesyaki sesuatu perkara pada orang lain nescaya engkau akan jadi semulia-mulia manusia

Dia berkata : Aku mau menjadi segagah-gagah manusia
Baginda S.A.W menjawab : Sentiasa menyerah diri (ta wakkal) kepada Allah nescaya engkau akan jadi segagah-gagah manusia

Dia berkata : Aku mau dimurahkan rezeki oleh Allah
Baginda S.A.W menjawab : Sentiasa berada dalam keadaan bersih ( dari hadas ) nescaya Allah akan memurahkan rezeki kepadamu

Dia berkata : Aku mau termasuk dalam golongan mereka yang dikasihi oleh Allah dan rasulNya
Baginda S.A.W menjawab : Cintailah segala apa yang disukai oleh Allah dan rasulNya maka engkau termasuk dalam golongan yang dicintai oleh Mereka

Dia berkata : Aku mau diselamatkan dari kemurkaan Allah pada hari qiamat
Baginda S.A.W menjawab : Jangan marah kepada orang lain nescaya engkau akan terselamat daripada kemurkaan Allah dan rasulNya

Dia berkata : Aku mau diterima segala permohonanku
Baginda S.A.W menjawab : Jauhilah makanan haram nescaya segala permohonanmu akan diterimaNya

Dia berkata : Aku mau agar Allah menutupkan segala keaibanku pada hari qiamat

Baginda S.A.W menjawab : Tutuplah keburukan orang lain nescaya Allah akan menutup keaibanmu pada hari qiamat

Dia berkata : Siapa yang terselamat daripada dosa?
Baginda S.A.W menjawab : Orang yang sentiasa mengalir air mata penyesalan,mereka yang tunduk pada kehendakNya dan mereka yang ditimpa kesakitan

Dia berkata : Apakah sebesar-besar kebaikan di sisi Allah?

Baginda S.A.W menjawab : Elok budi pekerti, rendah diri dan sabar dengan ujian ( bala )


Dia berkata : Apakah sebesar-besar kejahatan di sisi Allah?
Baginda S.A.W menjawab : Buruk akhlak dan sedikit ketaatan

Dia berkata : Apakah yang meredakan kemurkaan Allah di dunia dan akhirat ? Baginda S.A.W menjawab : Sedekah dalam keadaan sembunyi ( tidak diketahui ) dan menghubungkan kasih sayang

Dia berkata: Apakan yang akan memadamkan api neraka pada hari qiamat?

Baginda S.A.W menjawab : sabar di dunia dengan bala dan musibah

Ahad, April 05, 2009

ZIKIR PENAWAR KESEJUKAN HATI, KETENANGAN

HATI PERASAAN ,PEMBERSIH HATI PERASAAN,BANYAK BERZIKIR TANDA CINTA PADA ALLAH, MENDAPAT PERTUNJUK DARINYA DAN KASIH SAYANG ALLAH .MARI SAMA SAMA KITA BERZIKIR DIMANA KITA BERADA .SENTIASA MENGINGATI ALLAH ( berzikir )

Zikir adalah satu amalan yang sangat mustahak untuk mendapat kejernihan hati. Zikir akan membentuk ketenangan kepada jiwa kita.

Zikir akan melindungi kita daripada godaan dan gangguan syaitan serta nafsu. Ketenangan dan ketenteraman jiwa boleh dirasai dengan berzikir kepada Allah S.W.T. Ketenangan tidak terdapat dengan melepak, menyanyi atau sebagainya.

Firman Allah S.W.T di dalam Al-Quran:
"Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingati Allah. Ingatlah hanya dengan mengingati Allah, hati akan menjadi tenteram."
( AR-Rad : A : 28 S : 13 J : 13 M/S : 252 )

PERINGATAN
Bagi menghasilkan ketenangan di dalam berzikir, terlebih dahulu kita mesti memperbanyakkan selawat Nabi s.a.w. Maksud zikir ialah kita sentiasa mengingati kebesaran Allah di dalam setiap kerja kita. Sama ada kita ulama', orang kenamaan,orang awam ataupun buruh kasar.
Hafiz Ibnu Qaiyim r.a adalah seorang ulama' hadis yang termasyhur. Beliau mengarang sebuah risalah bernama Al-Wabil yang mengandungi berbagai-bagai penjelasan mengenai kelebihan berzikir.

Di dalam risalah itu, beliau berkata bahawa zikir mempunyai faedah kira-kira lebih daripada seratus faedah. Tujuh puluh sembilan faedah beliau menukilkan di dalam risalah tersebut.

faedah-faedah zikir itu satu persatunya serba ringkas.
1. Zikir adalah menjauhkan syaitan dan menghancurkan kekuatannya.
2. Zikir adalah menyebabkan Allah S.W.T redha.
3. Zikir adalah menjauhkan dukacita daripada hati manusia.
4. Zikir adalah menggembirakan hati.
5. Zikir adalah menguatkan badan dan menyeronokkan sanubari.
6. Zikir adalah sinaran hati dan muka.
7. Zikir adalah menyebabkan datangnya rezeki dengan mencurah-curah (yakni murah rezeki).
8. Zikir adalah membawa orang yang berzikir itu kepada kehebatan dan kegagahan yakni dengan memandang wajahnya, seseorang itu merasa gentar.
9. Zikir adalah melahirkan cinta sejati terhadap Allah S.W.T kerana cinta itulah merupakan roh Islam, jiwa agama dan sumber kejayaan dan kebahagiaan. Barangsiapa ingin mendapat cinta Ilahi itu, maka hendaklah ia berzikir sebanyak-banyaknya.
Sebagaimana mutala'ah dan muzakarah itu merupakan pintu kejayaan ilmu, demikianlah zikrullah itu merupakan pintu cinta Ilahi.
10. Zikir adalah mendatangkan hakikat muraqabah. Muraqabah itu membawa seseorang kepada martabat insan.
Dengan adanya martabat insan, maka manusia dapat beribadat kepada Allah dalam keadaan seolah-olah ia melihat-Nya (keadaan seperti inilah merupakan tujuan asasi daripada perjuangan para sufi).
11. Zikir adalah membawa seseorang kepada penyerahan diri dengan sebulat-bulatnya kepada Allah. Dengan ini, lama-kelamaan maka setiap urusan dan dalam setiap keadaan Allah S.W.T menjadi pelindung dan pembantu baginya.
12. Zikir adalah membawa seseorang kepada takarrub (mendekatkan diri) kepada Allah. Jika zikir itu bertambah banyak, maka dengan sendirinya ia bertambah dekat kepada Allah dan sebaliknya jika ia bertambah lalai daripada berzikir maka dengan sendirinya ia bertambah jauh dari Allah S.W.T.
13. Zikir adalah membukakan pintu makrifat kepada Allah S.W.T.
14. Zikir adalah melahirkan di dalam hati seseorang akan keagungan dan kebesaran Allah S.W.T dan melahirkan semangat buat merapatkan diri dengan-Nya.
15. Zikir adalah menyebabkan Allah S.W.T ingat kepada seseorang yang ingat kepada-Nya sepertimana disebutkan di dalam Al-Quran yang bermaksud:
"Kerana itu ingatlah kamu kepada Aku, nescaya Aku ingat pula kepadamu."
(Al-Baqarah : 152)
Dan diterangkan pula di dalam hadis yang bermaksud :
"Barangsiapa mengingati Aku di dalam hatinya, nescaya Aku mengingati
pula di dalam hati-Ku."
16. Zikir adalah menghidupkan hati. Perbandingan zikrullah dengan hati seseorang adalah ibarat ikan dengan air. Ingatlah apakah halnya ikan itu jika ia tidak berada di dalam air?
17. Zikir adalah santapan bagi roh dan hati. Andaikata keduanya tidak dapat menikmati santapannya maka adalah sama seperti badan yang tidak dapat makanannya.
18. Zikir adalah membersihkan hati daripada karatan (kekotoran) sepertimana diterangkan di dalam hadis bahawa tiap-tiap satu mempunyai daki dan kekotoran baginya. Daki dan kekotoran hati ialah keinginan dan kelalaian yang tidak dapat dibersihkan melainkan dengan berzikir.
19. Zikir adalah menghapuskan dosa dan maksiat.
20.Zikir adalah menghapuskan keraguan dari seseorang terhadap Allah S.W.T. Sebenarnya hati orang yang lalai itu diselubungi oleh rasa ragu dan gelisah terhadap Allah. Ianya hanya dapat dihapuskan hanya dengan zikir.
21. Zikir adalah menyebut Allah, orang yang berzikir itu dikelilingi oleh Arsy Ilahi.
22.Barangsiapa ingat kepada Allah dalam kesenangan, Allah ingat pula kepadanya apabila ia di dalam kesusahan.
23.Zikir adalah melepaskan orang yang berzikir itu daripada azab Allah S.W.T.
24.Zikir adalah menyebabkan turunnya sakinah dan para malaikat melingkungi orang-orang yang berzikir itu.
25.Zikir adalah menyebabkan selamatnya lidah seseorang yang berzikir itu daripada mengumpat, mencela, berdusta, maki-hamun dan cakap sia-sia.
Telah dibuktikan oleh kenyataan bahawa barangsiapa yang membiasakan lidahnya dengan berzikir, maka terselamat dari sifat keji.
Sebaliknya orang yang tidak biasa dengan zikir maka dengan sendirinya ia terlibat dalam keburukan dan sifat-sifat yang keji itu.
26.Zikir akan memasukkan orang yang berzikir itu ke dalam golongan orang yang berbahagia, demikian juga bagi orang yang mendampinginya.
Sebaliknya orang-orang yang lalai dan membuat kerja-kerja yang sia-sia adalah tercampak ke dalam kancah kecelakaan. Demikian juga bagi mereka yang menyertainya.
27.Zikir akan memelihara orang yang berzikir dari menyesal pada hari kiamat.
28.Jika orang yang berzikir sambil menangis-nangis dalam keadaan sunyi diri, maka pada hari kiamat ia akan didiamkan di bawah naungan Arasyh Ilahi. Pada hari kiamat di mana manusia akan berteriak dan menjerit-jerit kerana kepanasan hari yang sangat dahsyat itu.
29.Orang yang menyibukkan dirinya dengan berzikir, maka Allah S.W.T mengurniakan kepadanya lebih dari orang yang meminta kepada-Nya.
Aku berikan kepadanya lebih daripada yang Aku berikan kepada orang yang berdoa.Di dalam hadis Qudsi, Allah S.W.T ada berfirman:
Di dalam hadis Qudsi, Allah S.W.T ada berfirman:"Barangsiapa tertahan oleh zikir-Ku daripada berdoa, nescaya Aku berikan kepadanya lebih daripada yang Aku berikan kepada orang yang berdoa."
30.Zikir merupakan satu ibadat yang ringan dan mudah sekali, namun ia adalah amalan yang lebih afdal dan utama dari semua ibadat kerana menggerakkan lidah itu lebih mudah dari menggerakkan seluruh badan.
31. Zikir merupakan pohon di dalam syurga.
32.Nikmat dan kurniaan yang Allah berikan kepada orang yang berzikir, tidaklah diberikan kerana amalan yang lain.
Terdapat hadis yang menerangkan:
"Barangsiapa membaca kalimah ini sebanyak 100 kali pada tiap-tiap hari, maka Allah akan memberikan pahala kepadanya yang seimbang memerdekakan 10 orang hamba sahaya dan dicatitkan di dalam buku amalannya 100 kebajikan, dihapuskan daripadanya 100 dosa, dipelihara dari godaan syaitan dan tiada siapa pun yang lebih afdal daripadanya kecuali orang yang amalannya telah melebihi.
33.Seseorang yang berzikir berterusan dengan istiqamah, ia akan terselamat daripada melukakan dirinya yang menyebabkan kecelakaan dunia dan akhirat.
Melupakan diri sendiri dan muslihat-muslihatnya bererti melupakan Allah. Barangsiapa melupakan Allah, nescaya akan dicampakkan di dalam kancah kerugian.
Allah memperingatkan kita manusia di dalam Al-Quran:
"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan kamu seperti orang-orang yang melupakan dirinya sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik."
(Al-Hasyar: A:19 S:59 J:28 M/S:548)
Maksudnya supaya kamu janganlah menjadi orang-orang yang tidak menghiraukan Allah S.W.T, lantas Allah menjadikan mereka tidak menghiraukan diri mereka sendiri yakni hati perasaan dan akal fikiran mereka dilemahkan sehingga mereka tidak dapat menjalani jalan yang menuju ke arah kejayaan yang hakiki.
Apabila manusia melupakan diri sendiri, maka dengan sendirinya ia akan melupakan muslihat-muslihatnya, akhirnya ia menjadi mangsa kebinasaan.
Sepertimana seorang petani yang melupakan sawah ladangnya, sudah tentulah sawah ladangnya tidak mendatangkan hasil apa-apa. Akhirnya akan bertukar menjadi belukar.
34.Seseorang akan merasakan keamanan dan ketenangan jiwa tatkala lidahnya basah menyebuti zikir sehingga ia cinta kepada zikir.
Sepertimana seseorang yang mencintai air ketika ia mengalami dahaga yang amat sangat atau cinta kepada makanan ketika ia sangat lapar ataupun ia cinta kepada pakaian dan rumah semasa ia berasa sangat sejuk atau sangat panas.
Bahkan zikrullah itu lebih mustahak lagi kerana jika segala-galanya itu tidak tersedia, maka tubuh kasar manusia itu sahaja yang akan binasa, sebaliknya jika tiada zikir, roh dan hati juga akan turut binasa.
35.Dengan zikir, manusia akan mencapai kemajuan dan kejayaan dengan secara terus-menerus ketika ia sedang beristirehat ataupun ia sedang sakit, ketika ia sedang sibuk dengan mengecap nikmat hidup ataupun berada di dalam serba kekurangan.
Jika hatiperasaannya sudah bersinar dengan sinaran zikir, maka dalam setiap keadaan ia akan meningkat ke peringkat yang setinggi-tingginya.
36.Nur zikir sentiasa bersama dengan orang yang berzikir sama ada di dalam dunia ini ataupun di dalam kubur.
Firman Allah S.W.T di dalam Al-Quran:
"Apakah orang yang sudah mati (sudah sesat) kemudian Kami hidupkan ia (menjadi ia agama Islam) dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang.
Dengan cahaya itu, dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia (nur itu sentiasa bersama dengannya) serupa dengan orang yang berada di dalam keadaan gelap-gelita yang tidak dapat keluar daripadanya."
(Al-An’am: A:122 S:6 J:7)
Hati perasaan orang yang berzikir akan bersinar gilang-gemilang dengan cahaya makrifat. Nur adalah sesuatu yang teragung sekali. Ianya membawa kepada kejayaan yang gilang-gemilang.
Lantaran itulah, Nabi Muhammad s.a.w sentiasa menuntut dan memohon dengan berulang-ulang kali dan meminta nur itu bagi setiap anggota tubuhnya sepertimana doa-doa yang didapati di dalam kitab-kitab hadis yang didoakan oleh baginda s.a.w seperti yang berikut di bawah ini:
"Ya Allah ! Berikanlah nur kepada dagingku, nur pada tulang-tulangku, nur pada rambutku, nur pada kulitku, nur pada pendengaranku, nur pada penglihatanku, nur dari atasku, nur dari bawahku, nur dari kananku, nur dari kiriku, nur dari mukaku, nur dari belakangku dan jadikanlah nur itu di dalam diriku dan juga besarkanlah nur itu untukku."
Maka menerusi nur itulah, amalan perbuatan seseorang itu akan bercahaya terang benderang sehingga amal perbuatan yang baik dari seseorang itu dibawa ke langit yang didapati daripadanya cahaya seperti cahaya matahari dan nur yang serupa itulah akan kelihatan pada mukanya di hari kiamat nanti.
37.Zikir adalah intisari ilmu tasawuf yang diamalkan oleh setiap ahli tariqat. Jika telah terbuka pintu zikir bagi seseorang, bererti telah terbuka baginya jalan yang menuju ke jalan Allah.
Barangsiapa yang telah menuju ke jalan Allah, nescaya ia telah dapat segala-galanya yang dikehendaki kerana tidak berkurangan apa-apa pada khazanah Ilahi.
38.Pada hati manusia, ada satu bahagian yang tidak subur melainkan zikrullah. Apabila zikir menguasai hati maka bukan ia menyubur bagi hati itu sahaja bahkan ia menjadi orang yang berzikir itu hidup dengan makmur walaupun ia tiada harta benda.
Memuliakannya walaupun tidak berkeluarga dan menjadikannya pengusaha walaupun ia tidak mempunyai kerajaan.
Sebaliknya orang yang lalai daripada berzikir pasti dia akan dihinakan walaupun ia mempunyai harta benda, kaum keluarga dan kerajaan yang besar.
39.Zikir adalah menghimpunkan kembali yang telah bercerai dan menceraikan yang telah berhimpun, mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat.
Yakni hati perasaan manusia yang diselubungi oleh berbagai keraguan, dukacita dan kegelisahan itu semuanya dilenyapkan sama sekali dan dilahirkan ketenteraman dan ketenangan jiwa.
Hati perasaan dan jiwa manusia yang dikuasai oleh perbuatan yang keji-keji itu dibersihkan. Manusia yang sentiasa digodai dan dikuasai oleh tentera-tentera syaitan itu diceraikan daripadanya.
Akhirat yang jauh itu didekatkan dan dunia yang dekat itu dijauhkan dari manusia.
40.Zikir adalah menggerakkan hati manusia daripada tidur dan menyedarkannya daripada lalai. Selagi hati dan jiwa manusia tidak sedar, maka selama itulah ia mengalami kerugian demi kerugian.
41. Zikir adalah merupakan satu pohon yang setiap masa mendatangkan buah makrifat. Menurut istilah ulama’-ulama’ tasawuf, pohon itu mendatangkan buah ahwal dan makamat.
Semakin zikir itu diperbanyakkan semakin akar pohon itu kukuh. Semakin akarnya kukuh, semakin itulah pohon itu mengeluarkan buahnya.
42.Zikir adalah mendekatkan hamba kepada Allah. Firman Allah S.W.T di dalam Al-Quran:
"Sesungguhya Allah S.W.T beserta dengan orang-orang yang bertaqwa (takut)."
Di dalam hadis Qudsi Allah S.W.T berfirman:
"Adalah Aku menyertai hamba-Ku selama ia mengingati Daku."
Di dalam hadis Qudsi yang lain, Allah telah berfirman:
"Orang-orang yang mengingati Aku itu ialah orang Aku.
Aku tidak menjauhkan dari rahmat-Ku. Jika mereka bertaubat dari dosa-dosa mereka, maka Aku menjadi kekasih bagi mereka, tetapi sebaliknya jika mereka tidak bertaubat, maka Aku menjadi jururawat bagi mereka.
Aku mencampakkan mereka ke dalam kancah penderitaan supaya Aku membersihkan mereka dari dosa-dosa."
Penyertaan Allah S.W.T yang dicapai menerusi zikir itu adalah penyertaan yang tidak ada tolok bandingnya. Hakikat penyertaan itu tidak mungkin dicatit dan tidak mungkin juga dibicarakan.
Kelazatannya dengan erti kata yang sebenar boleh dirasai oleh orang yang telah mencapainya.
43.Zikir adalah seimbang dengan memerdekakan hamba, membelanjakan harta dan berjuang di jalan Allah.
44.Zikir adalah sumber syukur. Barangsiapa yang tidak mengingati Allah, ia tidak dapat bersyukur kepada-Nya.
Di dalam sebuah hadis menceritakan bahawa Nabi Musa a.s pernah berkata kepada Allah,
"Ya, Allah ! Engkau telah menganugerahkan kepadaku nikmat-nikmat yang amat banyak, maka tunjukilah aku cara-cara bersyukur supaya aku sentiasa dapat bersyukur kepada-Mu."
Kemudian Allah S.W.T berfirman kepada Nabi Musa, "Sebanyak yang engkau berzikir, sebanyak itulah engkau bersyukur."
Allah berfirman:
"Hendaklah lidahmu sentiasa dibasahi dengan berzikir."
45.Yang mulia di antara orang-orang yang bertaqwa pada sisi Allah ialah yang sentiasa sibuk dengan berzikir kerana natijah taqwa ialah syurga sedangkan natijah zikir ialah penyertaan Allah S.W.T.
46.Pada hati manusia ada semacam kekerasan yang tiada berubah menjadi lembut melainkan dengan berzikir.
47.Zikir adalah rawatan bagi penyakit-penyakit hati.
48.Zikir adalah sumber persahabatan dengan Allah. Lalai adalah sumber permusuhan dengan-Nya.
49.Tiada satu apa pun yang menambahkan nikmat-nikmat Allah dan menyelamatkan daripada azab-Nya lebih daripada zikrullah.
50.Allah S.W.T menurunkan rahmat-Nya kepada orang-orang yang berzikir dan para malaikat berdoa untuk mereka.
51. Barangsiapa yang ingin menikmati syurga sedangkan ia masih berada di dalam dunia ini maka hendaklah ia menyertai majlis-majlis zikir kerana zikir itu adalah umpama taman-taman syurga.
52.Majlis zikir adalah majlis para malaikat.
53.Allah S.W.T membanggakan orang yang berzikir di hadapan para malaikat.
54. Barangsiapa sentiasa berzikir, ia akan masuk ke dalam syurga tersenyum-senyum.
55.Segala amalan diwajibkan semata-mata kerana zikrullah.
56. Amalan yang paling afdal ialah amalan yang disertakan zikir sebanyak-banyaknya. Puasa yang paling afdal ialah puasa yang disertakan zikir sebanyak-banyaknya. Haji yang paling afdal ialah haji yang disertakan dengan zikir sebanyak-banyaknya. Demikian juga jihad dan amalan yang lain-lain.
57. Zikir ialah pengganti bagi ibadat-ibadat nafilah (ibadat-ibadat sunat). Pada satu ketika, satu golongan orang yang miskin telah datang berjumpa dengan Rasulullah s.a.w merayu hal mereka kepada Rasulullah s.a.w:
“Ya, Rasulullah s.aw! Saudara kami yang berharta-benda telah meningkat darjat yang setinggi-tingginya disebabkan harta kekayaan mereka. Mereka bersembahyang seperti kami bersembahyang, mereka berpuasa seperti kami berpuasa, tetapi kerana harta kekayaan, mereka telah mendahului kami dengan mengerjakan haji, umrah, jihad dan lain-lain."
Sebagai menjawab Rasulullah s.aw bersabda:
"Mahukah kamu sekelian aku ajarkan sesuatu untuk mendahului sesama kamu sehingga tiadalah lagi seorang pun yang lebih afdal daripada kamu kecuali orang yang berbuat seperti yang kamu perbuat?"
Selanjutnya Baginda Rasulullah s.a.w bersabda:
"Bacalah kamu sekelian selepas tiap-tiap sembahyang." (berzikir)
Ini menunjukkan bahawa Baginda Rasulullah s.a.w menganggap zikir ini sebagai pengganti haji, urnrah, jihad dan lain-lain (bagi orang yang tidak berada).
58. Zikir adalah pendorong bagi ibadat-ibadat lain. Dengan berzikir sebanyak-banyaknya, maka ibadat yang lain itu menjadi lebih mudah dan senang malah kelazatan ibadat-ibadat itu pun dirasai benar.
Oleh itu, semua ibadat itu dapat dikerjakan tanpa keberatan dan kesukaran apa-apa.
59.Dengan berzikir, semua keberatan akan menjadi ringan. Setiap kesukaran akan menjadi ringan dan semua bala bencana akan lenyap.
60.Lantaran zikirlah, segala rupa ketakutan dan kebimbangan akan terhindar. Zikrullah adalah mempunyai satu kuasa yang khas untuk melahirkan ketenteraman dan akan melenyapkan ketakutan.
Ianya mempunyai kesan yang istimewa di mana semakin berzikir sebanyak-banyaknya, semakin itulah akan mencapai ketenteraman dan akan lenyap ketakutan.
61.Zikir adalah melahirkan kekuatan dan tenaga yang terkhas kepada manusia. Dengan kekuatan itu, ia dapat menyelenggarakan urusan-urusan yang agak sukar.
62.Pemberesan urusan-urusan akhirat adalah dahulu-mendahului di antara satu sama lain. Di dalam mendahului antara satu sama lain ini, yang kelihatan di hadapan sekali ialah orang-orang yang berzikir.
Diriwayatkan dari Omar Khadam Gufarah r.a katanya:
"Apabila amal perbuatan manusia diganjari pada hari kiamat maka sebahagian besar dari manusia akan menyesal sambil berkata:
"Alangkah bagusnya jika dahulunya kita memperbanyakkan amalan yang ringan dan mudah sekali iaitu zikir."
Di dalam sebuah hadis ada dilaporkan bahawa Baginda Rasulullah s.a.w telah bersabda:
"Telah mendahului mereka yang mufarrid."
Para sahabat bertanya:
"Siapakah yang mufarrid itu, ya Rasulullah?"
Baginda menjawab: "Mereka yang mengingati Allah sebanyak-banyaknya kerana zikir adalah meringankan bebanan mereka."
63.Allah S.W.T sendiri membenarkan dan memuji orang-orang yang berzikir. Orang-orang yang dibenarkan oleh Allah S.W.T tidaklah akan dibangkitkan bersama-sama orang yang berdusta.
64. Zikir adalah menyebabkan terbinanya rumah di dalam syurga. Apabila seseorang hamba berhenti daripada berzikir maka para malaikat berhenti daripada membina rumah itu.
Apabila mereka ditanya, "Mengapakah kamu berhenti membina rumah itu?"
Maka mereka menjawab, "Bahawa perbelanjaannya belum tiba lagi."
Di dalam sebuah hadis lagi ada disebutkan barangsiapa yang mengucapkan (berzikir) sebanyak 7 kali, nescaya dibinakan satu menara untuknya di dalam syurga.
65. Zikir adalah perisai atau pendinding bagi Neraka Jahannam. Barangsiapa yang dimasukkan ke dalamnya kerana amal perbuatannya yang tidak baik, maka zikirnya itu menjadi pendinding di antaranya dengan Neraka Jahannam tersebut. Semakin banyak berzikir dibuat maka semakin kuatlah pendinding itu.
66. Para malaikat beristighfar (memohon keampunan) bagi orang yang berzikir. Diberitakan kepada Amar bin Aas r.a yang beliau meriwayatkan bahawa apabila seseorang hamba mengucapkan (berzikir) maka para malaikat berkata, "Ya, Allah! Ampunilah dia." (Dan termaklum bahawa doa para malaikat itu tidak ditolak malahan terus dikabulkan).
67.Jika seseorang berzikir di atas gunung atau di tanah datar, maka tempat tersebut akan merasa bangga.
Di dalam sebuah hadis ada diberitakan bahawa gunung-gunung bertanya¬tanyakan di antara satu sama lain bahawa hari ini adakah seseorang yang berzikir itu melalui di atas engkau.
Jika diberitahukan, "Ya, ada yang melaluinya maka ia akan berasa gembira lagi bangga."
68.Memperbanyakkan zikir adalah merupakan sijil bagi kelepasan bagi kemunafikan.
Allah S.WT telah berfirman:
"Mereka tidak mengingati Allah melainkan sedikit."
(An-Nisa A:142 S:4 J:5 M/S:101)
Ka'ab Akhbar r.a berkata:
"Barangsiapa berzikir sebanyak-banyaknya terpelihara ia daripada kemunafikan."
69.Berbanding dengan amalan-amalan yang baik maka zikir mempunyai satu kelazatan yang tidak didapati pada amalan¬amalan yang lain.
Jika zikir tidak mempunyai satu fadilat pun selain daripada kelazatan tadi maka memadailah dia. Malik bin Dinar r.a berkata, "Bahawa seseorang tidak akan berasa lazat dari suatu apa pun seperti kelazatan berzikir."
70.Pada wajah orang berzikir itu didapati kegembiraan di dunia ini dan akan kelihatan nur padanya di hari kiamat.
71. Barangsiapa yang mengingati Allah sebanyak-banyaknya di tengah-tengah jalan, di rumah, di dalam safar dan ketika berada di dalam kampung, maka ia akan mempunyai pembela-pembela yang ramai sekali di hari hisab kelak.
Di dalam menerangkan keadaan hari kiamat, Allah S.W.T berfirman:
“Pada hari itu (yakni hari kiamat) bumi menceritakan berita-beritanya."
Baginda Rasulullah s.a.w bertanya kepada para sahabat:
"Tahukah kamu berita-berita bumi itu?"
Mereka menjawab:
"Tidak. Kami tidak tahu, ya Rasulullah s.a.w."
Baginda Rasulullah s.a.w bersabda:
"Pekerjaan-pekerjaan yang dibuat oleh lelaki dan wanita (sama ada pekerjaan yang baik ataupun yang buruk) di permukaan bumi ini, maka bumi akan menceritakan bahawa si fulan pernah melakukan sekian perbuatan di sekian tempat di permukaannya pada sekian masa.
Oleh itu, orang-orang yang berzikir sebanyak-banyaknya di tempat-tempat yang berlainan maka dia akan mempunyai saksi yang banyak di hari hisab nanti."

72. Selama lidah sibuk dengan berzikir maka selama itulah ia terpelihara daripada perbicaraan yang sia-sia, berdusta, mengumpat dan sebagainya. Kerana lidah itu sememangnya tidak bisa diam, ia akan sibuk berzikir kalau tidak sudah tentu dengan kesia-siaan.
Demikian juga halnya hati jika ia tidak sibuk dengan mencintai Khalik, maka sudah tentu ia sibuk dengan mencintai makhluk.
73.Syaitan adalah musuh manusia yang nyata. Ia mencampakkan manusia di dalam kancah kerunsingan dan kegelisahan dengan berbagai cara. Ia juga mengerumuni mereka dari tiap penjuru.
Orang yang halnya sedemikian rupa, ia sentiasa berada di tengah-tengah lingkungan para musuh yang mana tiap-tiap seorang daripadanya ingin menimpa ke atasnya penderitaan demi penderitaan.

Tiada cara untuk mematahkan serangan musuh itu melainkan dengan zikrullah.
Ada banyak hadis yang mengandungi doa-doa yang mana dengan membacanya sebelum tidur maka terpeliharalah dari musuh-musuh itu selama¬lamanya.
Kelebihan-kelebihan di atas memadailah mereka yag mendapat taufik untuk mengamalkannya.
Bagi mereka yang tiada mendapat taufik, maka beribu-ribu fadilat pun tidak berguna sama sekali

Rabu, April 01, 2009

Balasan Meninggalkan Sembahyang.

Seterusnya mengenai orang yang meringankan kewajipan sembahyang terdapat kenyataan dalam Al-Hadith sebagai berikut:Dan siapa yang meringan-ringankan sembahyang, Allah akan mempengapakannya dengan 15 akibat iaitu:-
6 akibat semasa di dunia-
3 akibat di kala mati-
3 akibat dalam kubur
3 akibat lagi di kala keluar dari kubur.
Adapun 6 akibat yang ditimpakan di dunia:
1-Allah akan mencabut keberkatan pada umurnya.
2-Allah akan menghapuskan tanda-tanda orang-orang yang soleh daripada airmukanya.
3-Setiap amalannya tidaklah diganjari Allah melainkan sehingga dia mengqadha'kan semua sembahyang yg terluput.
4-Allah tidak akan mengangkatkan permohonannya ke langit (doanya tidak diperkenan).
5-Orang ramai akan memarahinya semasa hidup di dunia.
6-Tiada lah dia akan memperolehi keberkatan doa orang-orang yang soleh.
3 akibat di kala mati:
1-Dia akan mati secara terhina
2-Dia akan mati secara lapar
3-Dia akan mati secara dahaga,meskipun dia diberi minum dengan seluruh air di lautan dunia nescaya tidaklah akan memuaskan dahaganya.
3 akibat di dalam kubur.
1-Allah akan menyempitkan kuburnya sehingga tulang-tulang rusuknya menjadi berselisih.
2-Di atas kuburnya akan dinyalakan api yang baranya melompat (berjangkit) di waktu malam dan siang.
3-Dia akan diseksakan dalam kuburnya oleh ular yang dinamakan Asy-Syujaa` Al-Aqra di mana dua mata ular itu daripada api dan kuku-kukunya drp besi manakala panjang kukunya adalah sehari perjalanan.Maka ular itu akan berkata,"Akulah Asy-Syujaa Al-Aqra` sedang suaranya seperti guruh yang menggegarkan dan dia akan berkata kepada si mati:"Saya diarah tuhan saya untuk memukul engkau disebabkan engkau mengabaikan sembahyang Zuhur dari waktu Zuhur sehingga masuknya waktu Asar;Dan saya akan memukul engkau disebabkan engkau mengabaikan sembahyang Asar dari waktu Asar sehingga masuknya waktu Maghrib;Seterusnya Saya akan memukul engkau disebabkan engkau mengabaikan sembahyang Isyak dari waktu Isyak sehingga masuknya waktu Fajar."Maka setiap kali dia memukulnya satu pukulan akan terbenam ranaplah dia ke dalam bumi sejauh 70 hasta maka dia akan memasukkan kuku-kukunya ke bawah bumi dan dia akan mengeluarkannya semula, maka sentiasalah dia di bumi secara diseksakan sehingga Hari Kiamat.Nauzubillah hi min zaalika.
3 akibat lagi semasa di Hari Kiamat:
1-Dia akan diseksakan Allah dengan cara dihelakan mukanya ke Neraka Jahannam.
2-Allah Ta`ala akan memandangnya dengan pandangan marah sewaktu dia dihisabkan maka akan gugurlah daging-daging mukanya.
3-Allah akan menghitungkan amalannya dengan hitungan (pengiraan,hisab) yang berat dan Allah akan mengeluarkan perintah membawanya ke Neraka sedangkan dia adalah seburuk-buruk tempat tinggal.

Menu